Jakarta (ANTARA) - Tingkat pengangguran Inggris dalam periode tiga bulan hingga Agustus turun menjadi 3,5 persen, angka terendah sejak Februari 1974, di saat penyakit jangka panjang memaksa sejumlah pekerja meninggalkan pasar tenaga kerja, menurut data resmi, Selasa (11/10).

Jumlah orang yang menganggur selama 6 hingga 12 bulan meningkat pada periode Juni-Agustus, sementara terdapat penurunan untuk pengangguran jangka pendek (hingga 6 bulan) dan jangka panjang (lebih dari 12 bulan), menurut Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS).

Sementara itu, tingkat ketidakaktifan ekonomi bagi orang-orang yang tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan meningkat sebesar 0,6 poin persentase menjadi 21,7 persen dalam periode tiga bulan tersebut. Peningkatan ini didorong oleh orang-orang yang tidak aktif karena menderita penyakit jangka panjang atau karena mereka adalah pelajar.

Jumlah orang yang tidak aktif secara ekonomi akibat penyakit jangka panjang naik ke rekor tertinggi, ungkap ONS.
 
   (Xinhua)


Tingkat penyerapan tenaga kerja Inggris untuk periode Juni-Agustus berada di angka 75,5 persen, 0,3 poin persentase lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya pada Maret-Mei

"Saat angka pengangguran turun, angka lapangan kerja pun turut menurun, karena (jumlah) tenaga kerja terus menyusut," kata wadah pemikir Resolution Foundation. "Tingkat ketidakaktifan ekonomi yang tinggi memunculkan tantangan bagi agenda pertumbuhan pemerintah, mengingat pertumbuhan pada tahun 2010-an sebagian besar didorong oleh meningkatnya lapangan kerja.

Pertumbuhan rata-rata total gaji termasuk bonus adalah 6 persen, sedangkan pertumbuhan gaji reguler yang tidak meliputi bonus adalah 5,4 persen di kalangan karyawan pada periode Juni-Agustus. Ini merupakan pertumbuhan terkuat dalam hal gaji reguler yang tercatat di luar periode pandemi COVID-19, tambah ONS.

"Jika digabungkan dengan tingkat pengangguran yang rendah dan kenaikan gaji, kami tidak melihat alasan mengapa Bank of England akan menghentikan rangkaian kenaikan suku bunga dalam pertemuannya pada awal November," ujar Kitty Ussher, Kepala Ekonom di Institute of Directors.
 
(Xinhua)

 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022