Jakarta (ANTARA) -
Sekjen DPP PDIP sekaligus Doktor Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto mengatakan setiap perwira TNI harus memiliki pemahaman aspek-aspek politik pertahanan dalam cara pandang geopolitik.
 
"Bahwa TNI harus netral dalam politik praktis itu iya, tetapi harus memahami kebijakan politik negara karena membangun kebijakan pertahanan itu melalui kebijakan politik," kata Hasto saat memberikan Kuliah Umum Perwira Siswa Pendidikan Regular Sekolah Staf dan Komando AL (Seskoal) Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu.
 
Tema kuliah umum itu mengangkat "Pentingnya Pemahaman Geopolitik Terkait Lingkungan Strategis yang Terjadi Saat Ini dalam Rangka Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa".
 
Calon presiden ke depan, kata dia, harus bisa memahami dan mewujudkan perspektif kekuatan pertahanan Indonesia sebagai negara maritim.
 
Dalam kuliah itu, Hasto menjelaskan panjang soal teori geopolitik Soekarno yang merupakan hasil riset dan karya disertasi doktoralnya di Universitas Pertahanan (Unhan).
 
Hasto memberi penjelasan soal latar belakang peristiwa geopolitik dunia yang menyangkut Indonesia dan konflik Rusia-Ukraina semakin menyadarkan bahwa pertarungan geopolitik itu selalu ada.
 
Ia mengatakan pemikiran Geopolitik Bung Karno lahir berdasarkan ideologi Pancasila sebagai jawaban atas sistem internasional yang anarkis.

Baca juga: Sekjen PDIP: Penelitian dan pengembangan jadi fondasi bangsa
 
Hasto menjelaskan bahwa berdasarkan risetnya, gambaran perang masa depan itu tetap sama dengan yang digambarkan Bung Karno. Untuk menghadapinya, Soekarno sudah memikirkannya.
 
"Bahwa Indonesia harus menjadi kekuatan pertahanan yang terkuat di Samudera Hindia guna menyongsong masa depan di Pasifik. Atas cara pandang geopolitik ini, maka kekuatan maritim, udara, darat hingga membangun pertahanan 'outer space' menjadi penting sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai negara maritim," ujar Hasto dalam siaran persnya.
 
Berdasarkan teori geopolitik Soekarno, kata Hasto, kekuatan pertahanan Indonesia harus dibangun dengan bauran 7 variabel geopolitik, yakni demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, koeksistensi damai, sains, dan teknologi berdasarkan kepentingan nasional Indonesia.

Baca juga: Hasto Kristiyanto jelaskan sikap PDIP terkait politik dinasti
 
"Jadi geopolitik itu pengetahuan tentang keadaan kita sebagai negara kepulauan terbesar dengan melihat konstelasi geografisnya. Kita menempatkan laut sebagai halaman dan masa depan kita. Konsepsi pertahanan juga atas cara pandang itu sehingga kekuatan angkatan laut dan udara dengan topangan kekuatan angkatan darat menjadi kekuatan terdepan di dalam menghadapi agresi negara lain," tutur Hasto di hadapan 182 perwira menengah TNI dan Polri.
 
Ia mengatakan ketika negara agresor berhasil masuk ke wilayah Indonesia, maka kekuatan Angkatan Darat melalui pertahanan pulau-pulau besar diterapkan dengan topangan AL dan AU.
 
"Jadi semua matra kompak, solid, dan menjadi satu kekuatan pertahanan yang efektif bagi Indonesia Raya. Belajar dari Perang Rusia-Ukraina, eskalasi konflik hingga perang ternyata terjadi karena diawali persoalan geopolitik," ucapnya.
 
Pada kesempatan yang sama Hasto menegaskan bahwa geopolitik Soekarno tidak mengenal watak ekspansif. Demikian halnya pertahanan negara.
 
"Kekuatan pertahanan sangat penting agar tidak ada satu pun negara yang berani mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Namun kekuatan pertahanan ini penting guna menjaga dunia yang bebas dari berbagai belenggu penjajahan," katanya.
 
Menghadapi persoalan geopolitik di kawasan, khususnya di Laut Tiongkok Selatan, Hasto menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi "the guardian of the world peace".
 
"Perintah konstitusi jelas bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena itulah, kita perlu TNI yang kuat agar bisa menjaga perdamaian dunia. Indonesia harus ambil langkah aktif dan progresif guna mencegah perang di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan. Di situlah peran diplomasi luar negeri yang terintegrasi dengan diplomasi pertahanan," katanya.
 
Teori geopolitik Soekarno, tambah dia, menemukan bahwa untuk membangun kekuatan pertahanan negara, kunci paling utamanya adalah penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Lalu faktor kedua adalah politik, khususnya diplomasi pertahanan dan luar negeri.
 
Danseskoal Laksamana Muda (TNI) Yoos Suryono Hadi mengatakan materi kuliah yang disampaikan Hasto sangat penting karena militer harus mengantisipasi disrupsi keamanan dengan adanya perang Rusia-Ukraina.
 
"Perang Rusia-Ukraina memberi pengaruh secara politik dan ekonomi yang mengharuskan Indonesia mengkalkulasi ulang strategi kebijakan beserta program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural yang menjadi fokus pemerintah," kata Yoos.
 
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022