Tarakan (ANTARA) - Bunyi suling melengking panjang biasa terdengar pagi hari pada pukul 06.00 WITA di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sumber bunyi itu berasal dari kompleks Kilang Balikpapan. Sementara satu jam berikutnya, di kawasan Jalan Yos Sudarso lalu lintas mulai  ramai oleh para Pertamina Wira  Refinery Unit (RU) V yang menggunakan seragam lengkap dengan Alat Pelindung Diri (APD), seperti helm proyek.

Para pekerja yang berdatangan dari berbagai daerah di Balikpapan itu siap untuk menyelesaikan pekerjaan proyek  Refinery Development Master Plan (RDMP). Kepadatan lalu lintas terlihat di "Kota Minyak" ini biasa terjadi pada pagi dan sore hari,  ketika para pekerja memulai aktivitas serta pulang dari proyek.

Para Pertamina Wira sebagian besar memasuki pintu IV untuk menuju lokasi proyek pengembangan Kilang Balikpapan terpasang (existing) dan RDMP yang memiliki luas 313 hektare. Jumlah Pertamina Wira atau pekerja terdiri 896 organik. dan 16.000 pekerja kontraktor dari berbagai daerah di Indonesia.

"Kilang Balikpapan merupakan kilang pengolahan minyak terbesar kedua di Indonesia dengan kapasitas kilang 260 ribu barel bahan bakar minyak (BBM) per hari atau 25,2 persen dari total kapasitas kilang yang dimiliki Pertamina," kata Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Balikpapan, Asep Sulaeman, saat dihubungi dari Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (19/10).

Pertamina memiliki sejumlah RU di seluruh Indonesia. RU  IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barel/hari.

Para Pertamina Wira atau sering disebut Perwira tersebut bekerja penuh tantangan dan  risiko.  Mereka merupakan patriot sejati yang bekerja untuk kemakmuran bangsa dan negara. Para patriot energi ini membangun RDMP yang nantinya untuk memastikan ketersediaan energi serta mewujudkan kedaulatan energi hingga pelosok negeri.

Proyek RDMP dijadwalkan rampung pada tahun 2024. Kilang Balikpapan diharapkan dapat meningkatkan produksi sampai 360 ribu barel BBM per hari. Progres pembangunan sampai dengan 6 Oktober 2022 sudah mencapai 55,16 persen. Unit produksi ini  akan mampu memproduksi bahan bakar minyak yang setara dengan EURO V.

Kilang Balikpapan

Keberadaan Kilang Balikpapan berawal dari ditemukannya sumur minyak Mathilda di sekitar kawasan  Jalan Yos Sudarso pada 10 Februari 1897. Tempat ini  merupakan pengeboran minyak pertama di Kalimantan. Tanggal bersejarah itu akhirnya sebagai hari jadi Kota Balikpapan yang diperingati  tiap tahun.  

Minyak mentah (crude oil) yang dialirkan dan diolah di Kilang Balikpapan I dan Kilang Balikpapan II. Dengan hasil produksi di antaranya diesel, avtur, LPG,  Non Bahan Bakar Minyak  (NBBM), kerosene dan pertamax. Kemudian produk tersebut disalurkan ke Integrated Terminal (IT) Balikpapan, dimana pendistribusian dilakukan oleh Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.

Pembangunan RDMP merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) guna mendukung kemandirian energi nasional dengan nilai investasi proyek yang dikelola PT Kilang Pertamina Balikpapan mencapai 7 miliar dolar AS,  serta berkomitmen dalam penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 35 persen.

Proyek tersebut merupakan Aspirasi Pertamina 2024 untuk menjadi perusahaan global energi terdepan, dan mampu memberikan keamanan energi bagi Indonesia. Pertamina diharapkan bisa memimpin transisi energi Indonesia, satu wilayah satu harga, dan menjadi penggerak pembangunan sosial.

Pembangunan RDMP memberikan efek ganda untuk Balikpapan, terutama pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Warung - warung penjual makanan semakin banyak di sekitar proyek , dan tingkat hunian meningkat di sekitar kawasan tersebut.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud mengakui bahwa  pembangunan RDMP ini memperlancar pembangunan di Balikpapan, terutama dalam penyerapan tenaga kerja dari lokal, sehingga mengurangi pengangguran. Perekrutan tenaga kerja dari luar Balikpapan dan juga tenaga kerja dari Balikpapan, telah meningkatkan daya beli masyarakat. 

Pelaku UMKM bisa menikmati dampak positif dari pembangunan RDMP. Para pengusaha lokal bersinergi dalam pembangunan PSN ini. Sedangkan produk dari RDMP diharapkan dapat menjadi penyangga untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Distribusi ke Krayan

Produk BBM dari kilang Pertamina yang disalurkan IT Balikpapan kemudian akan dikirim menuju Fuel Terminal (FT) Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), menggunakan kapal dengan waktu tempuh dua sampai tiga hari. Sedangkan LPG dari Bosowa Makassar, Sulawesi Selatan, ke Tarakan menggunakan kapal, dengan waktu tempuh perjalanan selama tiga hari.

Pasokan BBM dan LPG dari Balikpapan dan Makassar untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat di Kaltara, terutama di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), seperti  Krayan, di Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Selanjutnya, BBM disuplai dari FT Tarakan, kemudian diangkut menuju Bandara Juata menggunakan mobil tangki. Sedangkan LPG disuplai dari SPBE PT Kaltara Petroleum Gas diangkut menuju Bandara Juata, kata Senior Supervisor Communication and Relations PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Ispiani Abbas di Tarakan, Selasa (18/10).

Sesampainya di Bandara Yuvai Semaring di Krayan Induk, BBM akan diantarkan ke Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) 3T yang berada di wilayah Krayan menggunakan mobil bak terbuka yang sudah dilengkapi Bulk Container Intermediate (IBC) tank. Saat ini terdapat dua SPBU 3T wilayah Krayan, 1 SPBU 3T berada di Krayan Induk dan 1 SPBU 3T berada di Krayan Selatan, SPBU 3T Krayan Selatan berjarak kurang lebih 39 km dari Bandara Yuvai Semaring.

Setelah BBM sampai di SPBU akan langsung disalurkan ke masyarakat. Untuk mendapatkan BBM dibatasi dua liter, menggunakan kartu kendali untuk mengantisipasi pembelian BBM berulang kali oleh warga.

Camat Krayan Selatan Oktavianus mengatakan untuk mendapatkan BBM  ketika akses ke  Krayan Selatan  terputus sepanjang 200 meter  disiasati menggunakan selang atau dipikul menggunakan jeriken. Longsor di Krayan Selatan yang terjadi pada Senin (05/09/2022) malam membuat jalan penghubung antara Krayan ke Krayan Selatan sepanjang 200 meter sempat terputus.
.
Distribusi BBM ke Krayan kini sudah normal. Kendati begitu, kuota satu kali pengiriman rerata berkisar 900-600 liter pertalite per minggu dan  solar 900 - 435 liter per minggu,  belum mencukupi kebutuhan penduduk 2.150 jiwa.


Bersinergi dengan Pemda

Kendala transportasi dalam pendistribusian BBM ke wilayah perbatasan, tidak menyurutkan Pertamina untuk menyediakan kebutuhan BBM untuk anak bangsa. Pertamina melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dan Pemerintah Kabupaten Nunukan dalam perbaikan longsor yang terjadi di Krayan Selatan.

"Pertamina berharap perbaikan jalan yang longsor dapat diperbaiki secepatnya oleh pemerintah daerah, agar distribusi BBM dapat normal kembali," kata Area Manager Communication and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Susanto August Satria.

Penyaluran BBM ke SPBU 3T di Kecamatan Krayan Selatan sempat mengalami kendala karena bencana longsor yang terjadi di jalur bandara di Krayan Induk - Krayan Selatan. Pertamina terus berupaya agar distribusi BBM tetap berjalan walau terkendala. Saat itu penyaluran BBM dilakukan dengan menggunakan selang untuk menyeberangi jalanan yang longsor.

Pemprov Kaltara melalui Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinas PUPR Perkim) Kaltara juga mengerahkan sejumlah alat berat ke lokasi longsor di jalan penghubung Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan. Selain itu, membuat jalan baru sebagai akses jalan sementara untuk masyarakat. Akses jalan sementara itu, sudah dapat dilalui warga dengan berjalan kaki dan kendaraan roda dua.

Sementara itu, Foreman Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) Pertamina Patra Logistik, Budi Sulistiono,  mengatakan saat terjadi longsor di Krayan Selatan, pihaknya tetap melakukan sistem mitigasi pengangkutan dengan sistem transfer dengan pipa dan pompa portabel. Namun, itu belum maksimal karena baru bisa dilakukan pengiriman seminggu sekali, belum  tiap hari. 

Pertamina bertekad untuk  tetap bisa menyalurkan BBM ke Kecamatan Krayan dan daerah pelosok lainnya. Hadirnya Pertamina memasok kebutuhan energi untuk anak bangsa di perbatasan Malaysia ini, membuktikan bahwa negara hadir melalui semangat "One Energy, One Pertamina" dengan satu harga.


​​​​​​​

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022