Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/ INACA) mengungkapkan sampai saat ini hanya sekitar 30 persen penerbangan carter yang baik. "Artinya hanya kurang dari 10 perusahaan dari lebih 30 perusahaan penerbangan carter yang diterima pasar dengan sangat selektif, misalnya perusahaan minyak dan tambang di Indonesia," kata Sekjen INACA, Tengku Burhanuddin, di Jakarta, Selasa. Penegasan Tengku tersebut disampaikan setelah menjadi salah satu nara sumber dalam sebuah diskusi "Bisnis Penerbangan Carter Ke Depan, Peluang dan Tantangannya". Nara sumber lain adalah Direktur Angkutan Udara Dephub, Santoso Eddy Wibowo dan Dirut PT Pelita Air Service Samudera Sukardi. Menurut Tengku, dari diskusi tersebut jelas bahwa tidak semua perusahaan penerbangan carter memiliki tingkat pelayanan dan standar keselamatan penerbangan yang sama, karena ternyata pasar juga bisa melakukan audit. "Pasarnya yang khusus itulah membuat mereka tak bebas karena ternyata penggunanya, umumnya perusahaan migas dan tambang, juga melakukan audit ke mereka," kata Tengku. Namun, kata Tengku, perusahaan penerbangan carter ini relatif lebih enak dalam hal "keamanan" pendapatan karena mereka bekerja atas kontrak angkutan yang sudah jelas. "Revenue mereka umumnya dolar AS. Dapat kontrak tiga tahun saja, mereka sudah tenang," tuturnya. Tengku dan Edy Wibowo sepakat, prospek bisnis penerbangan carter di Indonesia akan tetap menarik walaupun mereka tidak merinci besarnya potensi pasar penerbangan ini. "Yang jelas untuk Indonesia, segmen pasarnya dominan di migas dan pertambangan, setelah itu ada segmen lain seperti evakuasi medis, partai politik saat kampanye, kunjungan kenegaraan dan lainnya," kata Tengku. INACA hingga saat ini memiliki 23 anggota yang terdiri 15 perusahaan penerbangan berjadwal dan delapan perusahaan penerbangan non-jadwal (charter flight).(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006