Jakarta (ANTARA) - Proyek musik Kadapat yang beranggotakan Yogi dan Barga asal Bali berkreasi dengan mengeksplorasi gamelan lebih jauh, memadukan unsur musik elektronik di dalamnya.

Kadapat menjadi salah satu penampil dalam International Ethnic Music Festival 2022 yang digelar oleh Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta. Mereka membawakan musik dari album perdana yang terinspirasi dari "urban legend" dan "black magic".

"Kami mencoba menginterpretasi fenomena mistis lewat karya ini," kata Kadapat dalam konferensi pers International Ethnic Music Festival 2022, Jakarta, Senin.

Baca juga: Upacara Melasti di Magelang tanpa alunan gamelan Bali

Kadapat, yang bulan lalu tampil di acara musik di Vietnam, merupakan wadah untuk menuangkan keresahan yang membuat mereka ingin memperluas proyeksi terhadap gamelan. Alat musik yang umumnya dimainkan dalam upacara tradisi dan keagamaan dieksplorasi lebih jauh lagi oleh Kadapat.

Karya-karya mereka diharapkan bisa menciptakan perspektif baru tentang gamelan. Dalam musik Kadapat, bunyi-bunyian tercipta dari jegog, instrumen terbuat dari bambu, serta alat musik gender wayang yang biasa mengiringi pementasan wayang kulit di Bali serta ritual-ritual keagamaan.

International Ethnic Music Festival 2022 yang digelar oleh Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta tahun ini menampilkan enam musisi tradisi dari dalam dan luar negeri, yakni Rapai Pase (Aceh), Timur Jauh (Ternate), Riau Rhythm (Riau), Kadapat (Bali), Sinar Baru (Tangerang), dan Leon Gilberto Medellin (Meksiko), Cristina Duque (Ekuador), dan Victor Hugo (Meksiko).

Festival ini juga menjadi panggung untuk Gambang Kromong Sinar Baru dari Bogor pimpinan Ukar Sukardi yang membawakan lagu-lagu klasik yang sudah jarang dimainkan.

Sementara itu, Mohammad dari Rapai Pase Raja Raja Buwah Aceh memboyong alat musik pesisir Aceh, rapai pase, seruba rebana namun ukurannya lebih besar. Dia berharap rapai pase bisa terus dilestarikan di tengah kendala minimnya pengajar dan penerus.

"Kami membuka diri agar bisa berkolaborasi dengan musik modern dalam dan luar negeri. Kami bisa kolaborasi dengan musik modern apapun," kata Mohammad.

Sebagai festival internasional yang mempertemukan pembicara dan pelaku musik tradisi dari Indonesia dan luar negeri, secara tidak langsung festival ini juga menjadi medium untuk memperkenalkan musik tradisional Indonesia ke lingkup internasional.

“Jadi ini sangat jarang bisa kita dengarkan di luar wilayahnya masing-masing, sehingga festival ini menjadi kesempatan emas masyarakat Jakarta dan pengunjung festival untuk bisa mengenali dan mempelajari bahasa musik dari masing-masing daerah yang akan kita pertunjukkan,” kata Cholil Mahmud, anggota Komite Musik DKJ yang juga bagian band Efek Rumah Kaca.

Berbeda dengan tahun lalu yang berlangsung secara virtual, kali ini acara dilaksanakan secara luring di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada 7 dan 8 November 2022.

International Ethnic Music Festival merupakan program yang dibuat untuk menciptakan ruang apresiasi secara luas bagi para pemusik tradisional baik di nusantara maupun dunia, melihat belakangan ini kurangnya perhatian publik terhadap musik tradisional, dan hanya dipentaskan di tempat-tempat tertentu dengan audiens yang terbatas atau kadang hanya dari kalangan internal masyarakatnya sendiri.

Baca juga: I Nyoman Windha melanglang buana bersama gamelan Bali

Baca juga: Seniman cilik dari Denpasar dan Karangasem adu kepiawaian main gamelan

Baca juga: Bali World Cultural Celebrations sajikan komunitas gamelan bereputasi

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022