Jakarta (ANTARA) - Konsulat Jenderal RI di Istanbul, Turki, menyelenggarakan kegiatan forum bisnis Indonesia-Turki yang meliputi sektor agroindustri dan pemasaran produk antara pebisnis kedua negara yang hadir, yakni sekitar 150 pebisnis.

Dalam keterangan tertulis KJRI Istanbul yang diterima di Jakarta, Kamis, kegiatan itu dilangsungkan pada 7 November atas kerja sama dengan Asosiasi Pebisnis dan Industrialis Imam Hatip (IHSIAD).

Acara tersebut turut dihadiri oleh delegasi Kementerian Pertanian dan Kementerian LHK RI.

“Kegiatan ini berhasil mengantongi enam kesepakatan dagang dan tujuh Letter of Intent (LoI),” bunyi keterangan itu.

Kesepakatan dan LoI itu disebutkan memiliki nilai potensi transaksi hingga 2,7 juta dolar AS atau sekitar 42 miliar rupiah per tahun.

Adapun sektor kerja sama yang disepakati meliputi sektor agroindustri yang mencakup kopi, cocofiber, rempah-rempah, madu, dan beras organik.

Konsul Jenderal RI Istanbul Imam Asari mengatakan kerja sama kedua negara meliputi berbagai sektor, dari perdagangan, pariwisata, investasi, hingga edukasi, kesehatan, dan industri perdagangan.

“Volume perdagangan Indonesia-Turki telah mencapai 2 miliar dolar AS. Angka ini belum merefleksikan potensi perdagangan bilateral antar kedua negara yang memiliki gabungan jumlah penduduk sebesar 350 juta jiwa,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa target volume perdagangan senilai 10 juta dolar AS (sekitar Rp156,41 miliar) masih dapat diwujudkan antara kedua negara.

“Tentu saja diperlukan platform yang memungkinkan target tersebut terwujud, salah satunya melalui IT-CEPA atau Indonesia Turkiye Comprehensive Economic Partnership. Hal ini membantu agar semakin banyak diversifikasi produk Indonesia yang dapat memasuki pasar Turki,” kata Imam. 

Adapun bagi Turki, Indonesia merupakan sumber berbagai bahan baku, seperti baja, lemak hewani, tumbuhan, dan benang sintetis.

 
Baca juga: Perusahaan Indonesia dan Turki bangun industri pengolahan pangan

Baca juga: Turki bebaskan visa bagi pengunjung asal Indonesia


 

Pariwisata Turki berkembang di tengah krisis energi di Eropa

 

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022