Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melakukan penyelidikan endapan tsunami untuk mengungkap sejarah tsunami yang pernah terjadi di sepanjang pantai Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Ketua Tim Peneliti PVMBG Yudhicara mengatakan diduga ada sekitar lima lapisan paleotsunami tersingkap di bagian barat Pulau Ternate. Setiap lapisan menunjukkan karakter tsunami berbeda yang menunjukkan kekuatan tsunami yang datang pada waktu yang berbeda pula.

"Karakter endapan tsunami sangat unik. Pertama, mengendapkan bagian paling berat dan kasar, kemudian lebih halus, lalu material yang sangat halus yaitu lempung," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Yudhicara menuturkan Pulau Ternate adalah pulau gunung api yang berada di atas laut. Secara geologis, pulau itu terbentuk sebagai konsekuensi pertemuan lempeng Eurasia, Filipina, dan Pasifik di Laut Maluku.

Menurutnya, masyarakat di pulau Ternate sangat paham tentang bencana gunung api, namun mereka belum pernah mendengar bahwa tsunami pernah melanda sebagian pulau tersebut. Investigasi menemukan endapan paleotsunami di bawah produk letusan gunung api yang menunjukkan bahwa pulau itu pernah dilanda tsunami di masa lampau.

Berdasarkan penyelidikan PVMBG, endapan paleotsunami tertua memiliki ketebalan 5,5 sentimeter yang terdiri dari empat sampai lima sekuen pengendapan yang menunjukkan adanya empat sampai lima gelombang yang datang dan mengendapkan sedimen di lokasi tersebut.
​​​​​​
Sedangkan, endapan paleotsunami lainnya yang lebih muda masing-masing hanya memiliki satu urutan pengendapan yang menandakan hanya ada satu gelombang tsunami yang datang.

Berdasarkan keberadaannya di bawah produk Gunung Api Gamalama yang diketahui terjadi pada tahun 1907, memberikan informasi bahwa umur endapan tsunami ini lebih tua dari tahun 1907 yang menurut Katalog Tsunami bisa saja terjadi pada tahun 1846, 1854, 1857, 1858, 1859 atau 1889.

Yudhicara menyampaikan bahwa hasil penyelidikan itu untuk menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat dan pemerintah setempat agar mewaspadai potensi bencana alam tsunami yang mungkin terjadi di masa depan.

Mitigasi sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tsunami melalui penanaman pohon yang bisa disesuaikan dengan jenis tanah yang menyusun pantai, misalnya pohon ketapang, camplong atau nyamplung, cemara udang, dan lain-lain.

Pohon pantai itu harus bisa diberdayakan oleh masyarakat dan produk gunung api yang ada sebaiknya dilestarikan bisa menjadi pelindung dari landaan gelombang tsunami

"Saya mengharapkan dengan penemuan itu bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, tetapi untuk membuat masyarakat dan pemerintah setempat waspada bahwa tsunami pernah melanda Ternate, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri sedini mungkin untuk meminimalisir resiko yang mungkin timbul jika terjadi tsunami," pesan Yudhicara.


Baca juga: LIPI melakukan kajian paleotsunami untuk mengetahui potensi bencana di Indonesia
Baca juga: BMKG: Tsunami terdeteksi di Ternate dan Bitung
Baca juga: Gempa Kuat Guncang Ternate, Berpotensi Picu Tsunami
Baca juga: Empat desa di Ternate terkena dampak abu vulkanik Gamalama

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022