Segera menerapkan strategi pengendalian penyakit
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan berbagai masalah kesehatan yang akan timbul sesudah bencana seperti gempa di Cianjur pada Senin (21/11), bahkan termasuk gagal multi organ.

"Atau infeksi berat sampai dapat terjadi sepsis dan lainnya. Tentu juga perlu diwaspadai perburukan penyakit kronik yang memang sudah ada pada warga sejak sebelum gempa," ujar Guru Besar FKUI itu melalui pesan eletroniknya, Selasa.

Prof Tjandra juga mengingatkan adanya kemungkinan merebaknya penyakit menular, yaitu penyakit yang ditularkan melalui air atau water-borne disease, penyakit menular lewat makanan atau foodborne disease, penyakit paru dan pernapasan serta penyakit yang menular melalui kontak langsung antar manusia.

Menurut dia, masalah-masalah ini harus diantisipasi sejak sekarang. Upaya pencegahan terhadap dampak kesehatan selanjutnya, sesudah yang terjadi di jam-jam dan hari-hari pertama sesudah gempa perlu dilakukan.

"Segera menerapkan strategi pengendalian penyakit, baik menular maupun tidak menular yang kronik," kata dia yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

Lebih lanjut, langkah kesehatan yang juta perlu dilakukan yakni penilaian cepat apa yang dibutuhkan segera atau rapid needs assessments dan mengevaluasi sumber daya yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan.

"Dalam hal ini pengaturan pelayanan di RS di Cianjur dan sekitarnya sebaiknya jadi prioritas utama untuk dilaksanakan," saran Prof Tjandra ikut berduka atas gempa di Cianjur yang menelan korban jiwa dan luka.

Dia juga menekankan pentingnya pihak berwenang selalu melakukan evaluasi terhadap efektifitas strategi yang dilakukan dan melakukan perbaikan atau contingency planning untuk antisipasi kemungkinan bencana di masa datang.

Menurut data ilmiah, beberapa jam sesudah gempa akan banyak ditemukan kasus serius, luka, patah tulang sampai kerusakan organ dalam tubuh akibat berbagai benturan ketika gempa.

Kasus-kasus berat dapat mengakibatkan gangguan berbagai alat atau sistem tubuh yang memerlukan penanganan segera.

Salah satu penelitian lain menunjukkan dari kasus-kasus yang ada maka sekitar 65 persen mengalami luka-luka, 22 persen patah tulang, 6 persen kerusakan jaringan lunak dan persentasi cukup banyak yang mengalami trauma di tungkai dan lengan.

Baca juga: ISPA penyakit tertinggi dialami korban gempa Pasaman Barat

Baca juga: Ratusan pengungsi gempa Pasaman Barat mulai dirundung penyakit

Baca juga: Memahami PTSD, penyakit pascabencana


Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022