Stockholm (ANTARA) - Situasi energi akan menjadi lebih buruk lagi dari saat ini di Swedia pada musim dingin berikutnya, demikian diperingatkan oleh seorang pakar dari Badan Energi Swedia (Swedish Energy Agency) pada Sabtu (26/11) sebagaimana dilansir Xinhua.

Masyarakat Swedia, yang sudah harus menghadapi harga energi yang sangat tinggi, harus bersiap menyambut harga energi yang bahkan lebih tinggi lagi pada musim dingin berikutnya, lapor harian Dagens Nyheter (DN) yang mengutip pernyataan Anders Wallinder, kepala keamanan pasokan di badan energi tersebut.

Akibat konflik antara Rusia dan Ukraina, Eropa kini berupaya meminimalkan ketergantungan energinya terhadap Rusia. Sebelum konflik meletus, 40 persen gas alam yang dikonsumsi di Eropa diimpor dari Rusia.
 
 


Alhasil, sebelum musim dingin tahun 2023/2024, Eropa akan bergantung pada pengiriman gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.

Tidak seperti banyak negara Eropa lainnya, ketergantungan Swedia terhadap gas alam terhitung sangat kecil, menurut Badan Energi Swedia. Gas alam hanya menyumbang 3 persen dari total energi yang digunakan oleh negara itu.
 
   


Selain harganya yang jauh lebih mahal dibanding gas alam, terdapat pula sejumlah tantangan praktis, seperti fakta bahwa sistem yang digunakan saat ini sebagian besar didasarkan pada impor dari timur, yang akan harus digantikan oleh terminal-terminal pengiriman dari arah sebaliknya, urai DN.

"Masalah ini akan diatasi, namun tidak dengan mudah," kata Wallinder.

Tidak seperti banyak negara Eropa lainnya, ketergantungan Swedia terhadap gas alam terhitung sangat kecil, menurut Badan Energi Swedia. Gas alam hanya menyumbang 3 persen dari total energi yang digunakan oleh negara itu

Kendati demikian, dengan jaringan energi yang terhubung dengan seluruh Eropa, Swedia, terutama wilayah selatannya, turut terdampak oleh tingginya harga energi, menurut laporan DN.

 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022