Tokyo (ANTARA) -  Untuk memperingati 50 tahun normalisasi hubungan diplomatik antara Jepang dan China, mantan perdana menteri (PM) Jepang Yasuo Fukuda pada September memublikasikan buku barunya.

Buku itu berjudul "Collected Works of Yasuo Fukuda: Pursuing World Peace" (Koleksi Karya Yasuo Fukuda: Mengejar Perdamaian Dunia) dan akan merilis versi bahasa Mandarin dari buku itu.

Dalam sesi wawancara dengan Xinhua belum lama ini, Fukuda mengatakan bahwa komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia adalah kata kunci dari buku tersebut, dan dia berharap Jepang dan China dapat bekerja sama untuk menjadi pilar pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.

Berisi kompilasi pidato Fukuda selama beberapa tahun, buku itu menyimpan dan mewakili refleksi Fukuda tentang hubungan Jepang-China dan hubungan kedua negara tersebut dengan Asia dan dunia, menunjukkan perlunya membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia untuk menjawab berbagai tantangan global.
 
   Fukuda menuturkan bahwa dia sepenuhnya setuju dengan visi China untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. Mantan PM Jepang itu berargumen bahwa jika satu negara dapat mencapai keberhasilan sementara negara-negara tetangganya tidak, ketidakseimbangan itu akan memicu konflik yang kemudian akan menjadi bumerang bagi negara itu sendiri.   Fukuda memimpin pendirian institusi pertukaran budaya untuk komunitas Asia dalam upaya mendorong pendalaman pertukaran budaya antara masyarakat Jepang dan China di bidang-bidang budaya yang lebih beragam dengan kaum muda sebagai pusatnya.


Hanya ketika perdamaian dunia terjaga, pembangunan suatu negara dapat menikmati lingkungan yang aman dan stabil, tambahnya.

Mempertahankan hubungan yang damai dan stabil antara Jepang dan China tidak hanya sangat penting bagi Asia, tetapi juga akan berdampak positif terhadap Eropa, Timur Tengah, dan kawasan lainnya di dunia, kata Fukuda.

Pada 1978, China dan Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dan persahabatan ketika Takeo Fukuda, perdana menteri Jepang saat itu yang juga merupakan ayah Yasuo Fukuda, secara aktif mendukung dan mendorong pengadopsiannya selama masa jabatannya.

Tahun depan akan menandai peringatan 45 tahun penandatanganan Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan China-Jepang. Fukuda mengungkapkan bahwa hanya ketika kedua negara dapat saling memahami, keduanya dapat memunculkan rasa saling percaya.

Kedua negara harus mematuhi prinsip mencari persamaan sembari mengesampingkan perbedaan dan melakukan upaya tanpa henti untuk memikirkan cara mencapai tujuan perdamaian dan stabilitas hubungan bilateral, ujarnya.
 
   Fukuda memimpin pendirian institusi pertukaran budaya untuk komunitas Asia dalam upaya mendorong pendalaman pertukaran budaya antara masyarakat Jepang dan China di bidang-bidang budaya yang lebih beragam dengan kaum muda sebagai pusatnya


Dia yakin bahwa untuk memperdalam rasa saling memahami antara masyarakat di kedua negara, kerja sama di bidang politik dan ekonomi tentunya sangat penting. Namun, memperkuat pertukaran budaya juga tak kalah krusial. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022