Jakarta (ANTARA) - Bukan pistol, bukan pula senapan laras panjang, tapi cangkul, sekop, mesin sinso, jerigen, dan helm proyek warna putih, tentengan yang dibawa personel Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri yang berjumlah 30 orang.

Pagi itu, sebelum diberangkatkan menuju Kampung Cugenang, Desa Cijedil, Kabupaten Cianjur, personel yang tergabung dalam Satgas SAR Resimen II Pasukan Pelopor Korbas B pimpinan Komandan Pleton (Danton) 4 Kompi 2 Ipda I Nyoman Sudiarta melakukan doa bersama menurut kepercayaannya masing-masing di posko Pendopo Bupati Cianjur.

Usai berdoa, personel yang rata-rata berpangkat sama itu berjalan tertib menuju truk beroda enam warna hitam ke titik evakuasi korban gempa yang tertimbun longsor.

Setelah menempuh perjalanan yang menguji kesabaran karena kemacetan yang terjadi di Jalan Raya Cipanas-Cianjur sejak gempa terjadi tidak bisa dielakkan, mereka tiba di lokasi evakuasi.

Di hari keempat pencarian korban, Kamis (24/11), aroma tidak sedap  bercampur tanah yang basah tercium dari radius 100 meter. Saat itu, dilaporkan masih ada 31 orang yang belum ditemukan.

Pemandangan di lokasi itu porak poranda. Satu RT tertimbun tanah tebing setinggi kurang lebih 20 meter yang amblas beberapa detik setelah gempa magnitudo 5,6 mengguncang.

Pencarian pun disegerakan, Ipda I Nyoman Sudiarta membagi personelnya melakukan pencarian di sejumlah titik yang sudah diendus oleh anjing pelacak K-9 dari Polri, Dog SAR Indonesia dan TNI.

Cuaca pagi begitu bersahabat, tetapi menjelang  dzuhur, awan gelap mulai bergelayut. Gerimis tipis mulai mengguyur. Pasukan ditarik mundur, karena khawatir masih ada pergerakan tanah. Setidaknya, tiga kali tim SAR bolak balik ke lokasi mencari dan melakukan evakuasi.

“Jangan sampai tim SAR yang bertugas mengevakuasi ikut dievakusi,” kata Nyoman.

 

Personel Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri pimpinan Aipda I Nyoman Sudiarta melakukan pencarian korban gempa tertimbun longsor di Desa Cijedil, Kamis (24/11/2022). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Panggilan luar biasa

Walau pencarian hari itu belum membuahkan hasil, karena sudah tiga hari pencarian terkendala alat berat yang tidak bisa masuk ke lokasi. Pencarian dilakukan menggunakan peralatan seadanya.

Selama proses pencarian, Nyoman terus berdiri di atas tebing mengarahkan personelnya melakukan pencarian dengan kehati-hatian, serta berharap korban dapat ditemukan.

Sesekali  para  personel diingatkan untuk berhati-hati ketika ada material  berpotensi membahayakan, termasuk aliran listrik di sekitar rumah yang tertimbun masih menyala.

Bahkan, personel  juga diminta memperhatikan jika belum adanya suplai minuman dan makanan untuk para relawan yang diantar ke lokasi pencarian.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 321 warga meninggal dunia hingga hari ketujuh sejak gempa melanda di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada 21 November 2022.

Dalam perjalanan menuju lokasi pencarian, Nyoman sempat bercerita kalau ia dan beberapa personelnya belum sempat beristirahat penuh, sejak selesai mengamankan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Ia ditunjukkan sebagai perwira pengendali (pendamping) membawa peralatan kendaraan khusus, mobil SAR, dapur lapangan dan peralatan SAR lainnya ke Bali. Pasukannya disiagakan untuk mengantisipasi bila terjadi bencana di Pulau Dewata.

Perjalanan menuju kampung halamannya ditempuh menggunakan jalur darat, berangkat dari Markas Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri di Kedung Halang Bogor tanggal 24 Oktober dan tiba di Bali tanggal 26 Oktober.

Selama hampir 25 hari, Nyoman dan pasukannya bersiaga di Bali melakukan kegiatan-kegiatan pendistribusian logistik, sembari siaga bila sewaktu-waktu terjadi bencana. Bersyukur saat KTT G20 berlangsung, bencana tidak terjadi. Namun, pasukan Nyoman disiagakan untuk mengawal di lapangan.

Selama pengamanan KTT G20, Nyoman dan pasukan tidur di tenda-tenda yang disiapkan. Hingga perhelatan presidensi yang dihadiri sejumlah pimpinan dunia itu selesai tergelar, ayah satu anak itu pun boleh pulang, kembali menempuh perjalanan darat dari tanggal 17 November dan baru tiba di Mako Brimob Kedunghalang tanggal 19 November malam.

Nyoman sempat berfikir bisa menikmati istirahat agak dua hari, namun harapan itu sirna setelah gempa mengguncang Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11), pria asal Bali itu mendapat panggilan luar biasa (PLB) dari atasannya.

Ia pun berangkat membawa kendaraan khusus SAR, dapur lapangan dan peralatan SAR lainnya menuju Cianjur.

“Lelah sih lelah, ini adalah kontrak kami sebagai abdi negara,” ujar Nyoman.

 

Personel Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri pimpinan Aipda I Nyoman Sudiarta menaiki truk bersiap untuk menuju lokasi evakuasi korban gempa cianjur di Desa Cijedil, Kamis (24/11/2022). (ANTARA/Laily Rahmawaty)


Perintah pimpinan bernilai ibadah

Nyoman lulusan  tahun 1994. Menjadi Brimob adalah cita-citanya sejak remaja. Ketika melihat pasukan Brimob alahraga pagi di Bali membuatnya terkesima. 

Nyoman yang anak seorang petani itu sangat ingin menjadi anggota Brimob.

Latihan fisik tanpa henti rutin ia lakukan agar mendapat penilaian lebih saat seleksi. Jika seorang Brimob bisa berlari 50 keliling, Nyoman pun melakukannya lebih dari jumlah itu, setiap latihan fisik. Hingga akhirnya, membuatnya diterima menjadi pasukan baret biru dongker.

Salah satu keunggulan pasukan elit Polri itu adalah selain memiliki keahlian dalam bidang SAR, juga punya keahlian dalam penindakan anti huru hara (PAHH). Brimob terbagi dalam batalyon A dan C merupakan pasukan reaksi cepat, sedangkan batalyon B dan D merupakan pasukan SAR.  Batalyon D punya peralatan lengkap dengan kualifkasi SAR di darat dan air.

Bertugas dalam operasi kemanusiaan bukan yang pertama bagi Nyoman. Ia bahkan pernah ditugaskan dalam Pasukan Satgas Nemangkawi tahun 2019. Waktu itu, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mencoba untuk menguasai Freeport, Papua.

Sebagai komandan pleton (Dankon) membawa satu pleton pasukan, Nyoman melaksanakan operasi pengamanan masyarakat, berpatroli dan melakukan penegakan hukum. 10 bulan lamanya ia bertugas di Papua, berminggu-minggu masuk hutan keluar hutan.

Dalam bertugas Nyoman tak banyak bicara, hanya memberi perintah lalu mengawasi dan mengamati pasukannya, memastikan mereka pulang pergi utuh jumlahnya.

Karena,  keselamatan pasukannya menjadi tanggungjawabnya. Meski dalam situasi membahayakan sekalipun, ia harus memastikan keselamatan personelnya.

Selama standar prosedur operasi dijalankan, maka potensi kegagalan menjalankan tugas dapat diminimalisir. Sebagai contoh, saat bertugas dalam Satgas Nemangkawi, dalam operasi tidak boleh mendirikan tenda, dan tidak boleh menyalakan lampu.

Begitupun saat operasi SAR, SOP yang harus dipenuhi adalah mengamati sekeliling lokasi evakuasi memastikan kondisi aman dan terkendali.

Bagi Nyoman, setiap tugas yang diberikan oleh pimpinan dalam kondisi apapun harus dijalankan.

Nyoman meyakini, perintah pimpinan bernilai ibadah, bekerja bukan untuknya, tetapi untuk masyarakat. Dalam setiap membantu masyarakat ucapan terima kasih yang diterimanya adalah doa-doa untuk kebaikannya.

“Seperti pesan orang tua saya, Nak, kamu itu ibarat melayani bumi. Harus siap kapanpun, kalau dijalankan kamu mendapatkan pahala yang baik,” ujar Nyoman menirukan ucapan orang tuanya.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022