Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan adanya keterlibatan peran tokoh agama, tokoh adat serta jaringan komunitas (jarkom) masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS.
 

“Perlu ada semacam gerakan atau strategi baru kenapa HIV/AIDS ini program kita semakin banyak sekali yang ikut dan banyak yang sudah lumayan ikut dari bantuan luar, tapi belum ada tanda-tanda (keberhasilan),” kata Direktur Jenderal P2P Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu dalam Peringatan Hari AIDS Sedunia 2022 yang diikuti di Jakarta, Kamis.
 

Maxi menuturkan penanggulangan HIV/AIDS di dalam masyarakat Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks, yakni seperti masih adanya transmisi virus secara vertikal dari ibu ke anak.
 

Hal lain yang terjadi adalah banyak hasil dari tes kesehatan peserta yang dilakukan saat seleksi masuk TNI/Polri terbukti positif HIV/AIDS.

Baca juga: Kemenkes: Skrining HIV membaik namun pengobatan masih rendah

Baca juga: Kemenkes: Sebanyak 12.553 anak usia di bawah 14 tahun terinfeksi HIV


Ia menambahkan hal tersebut paling banyak terjadi di wilayah Indonesia Timur.
 

Kemudian, ditemukan banyak kasus bahwa penderita HIV/AIDS juga ternyata menderita Tuberkulosis (TBC). Artinya, skrining kedua penyakit pada para pasien harus lebih ditingkatkan dan diintegrasikan.
 

Menurut dia, adanya keterlibatan tokoh agama seperti ustadz hingga remaja masjid dan gereja, mampu menggaungkan lebih keras sosialisasi serta edukasi terkait dengan kesehatan reproduksi saat melakukan ibadah bersama.
 

Sementara pada jaringan komunitas masyarakat, Maxi mengatakan Indonesia dapat mencontoh Thailand. Dimana negara tersebut berhasil untuk mengendalikan HIV/AIDS karena komunitas terlibat langsung misalnya untuk menekankan pentingnya pemakaian kondom.
 

“Terutama di Pattaya, Thailand, masalah preventif di sana itu sudah biasa dilakukan. Mungkin kita masih agak tabu untuk menyiapkan kondom atau alat reproduksi lainnya, tapi kondom di sana bisa didapat di mana-mana. Jaringan komunitas di sana berperan penting sekali dalam penanggulangan HIV,” ucapnya.
 

Selain mengajak tokoh agama dan jaringan komunitas masyarakat bekerja sama, Maxi turut mengajak para mahasiswa di perguruan tinggi untuk mencegah kemunculan kasus HIV/AIDS baru beserta kematiannya dengan menjadi agen perubahan perilaku.
 

Mahasiswa dapat mengajak masyarakat berkomitmen pada diri masing-masing untuk menolak konsumsi narkoba dan melakukan seks bebas.
 

“Mari kita gerak bersama, kalau kita bersatu mencegah HIV/AIDS kita bisa akhiri HIV. Dengan kerja bersama tentu kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dan HIV/AIDS bisa kita hindari,” katanya.

Baca juga: Kemenkes perkirakan orang dengan HIV di Indonesia capai 543.100 jiwa

Baca juga: Kemenkes: Penanganan HIV tetap diperkuat di tengah pandemi COVID-19

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022