Cianjur (ANTARA) - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Cianjur, Jawa Barat, mempersiapkan tenda sekolah untuk proses belajar mengajar bagi siswa yang bangunan sekolahnya ambruk dan sudah mengizinkan pembelajaran tatap muka untuk sekolah yang rusak ringan.

Kadisdikpora Cianjur, Akib Ibrahim di Cianjur Selasa, mengatakan memasuki pekan ketiga pasca gempa pihaknya masih memfokuskan pemasangan tenda untuk ruang kelas bagi sekolah yang mengalami rusak berat atau ambruk, untuk sekolah yang rusak sedang atau ringan saat ini sedang dilakukan pembersihan.

"Konsep kita sampai tanggal 10 Desember masih tanggap darurat tahap kedua, dengan pola pemasangan tenda dan kegiatan trauma healing untuk guru dan siswa. Setelah tanggal 10 Desember seluruh perangkat untuk proses belajar mengajar sudah dinyatakan siap untuk digelar," katanya.

Namun ungkap Akib, untuk sekolah yang tidak terdampak sudah dapat menggelar proses belajar mengajar tatap muka, bahkan beberapa sekolah di wilayah yang tidak terdampak parah sudah menggelar proses belajar mengajar normal sejak Senin (5/12/2022).

Nanti di pekan keempat, tutur Akib masih tetap difokuskan untuk pemulihan mental atau trauma healing untuk guru dan siswa, sehingga dipastikan mereka sudah dapat menjalani proses belajar mengajar tanpa trauma akan gempa.

"Setelah pekan keempat kita akan menggelar kembali sekolah normal seperti biasa, karena berbagai pemulihan trauma akibat gempa dianggap sudah maksimal, sehingga guru dan siswa sudah dapat menjalani kegiatan seperti sebelum gempa," katanya.

Pihaknya mencatat akibat gempa 5.6 magnitudo yang mengguncang Cianjur Senin (21/11/2022) menyebabkan 540 bangunan sekolah yang sebagian besar SD dan SMP rusak, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses belajar mengajar seperti biasa atau tatap muka.

Sementara ratusan siswa SDN Panyaweuyan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, sejak Senin (5/12/2022) sudah memulai kegiatan belajar mengajar meski di tenda sekolah darurat yang dibangun di Lapang Bina Raga Ciherang karena bangunan kelas mengalami rusak sedang.

Kepala SDN Panyaweuyan, Ani Muharyani, mengatakan satu hari sebelumnya pihaknya mengumpulkan 276 siswa untuk pembagian waktu masuk sekolah yang dibagi menjadi dua sesi pagi dan siang untuk kelas satu sampai kelas enam.

"Kita upayakan tatap muka karena sudah mendekati ujian akhir semester, terlebih untuk trauma healing lebih cepat kalau anak-anak kembali ke sekolah seperti ini," katanya.

Baca juga: Pencarian korban hilang diperpanjang sampai 20 Desember

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022