Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama TNI-AD memberikan pelatihan kepada Babinsa di tingkat desa untuk mengentaskan masalah stunting melalui intervensi sensitif.

“Sekitar 70 persen kasus anak stunting disebabkan karena faktor sensitif, yakni lingkungan rumah yang kumuh, sanitasi yang buruk dan ketiadaan air bersih, serta rumah yang tidak memiliki jamban,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Pelatihan tersebut sudah diikuti oleh 716 peserta fasilitator di Komando Distrik Militer (Kodim) dari 12 Komando Daerah Militer (Kodam). Pembukaan digelar secara hybrid dan terpusat di Aula A.H Nasution Markas Besar (Mabes) TNI AD pada Rabu (07/12).

Para fasilitator yang dilatih nantinya akan memiliki kemampuan memfasilitasi dan melatih para Babinsa di desa dalam memberikan pendampingan keluarga berisiko stunting di lini lapangan. Sebab intervensi sensitif dalam penanganan stunting meliputi pola hidup bersih dan sehat.

“Faktor sensitif berperan 70 persen terhadap stunting, yaitu rumah yang kumuh yang akhirnya banyak kena TBC sehingga anak susah makan yang akhirnya berat badan tidak kunjung naik. Teman-teman dari jajaran TNI telah melakukan upaya-upaya perbaikan faktor sensitif di daerah-daerah,” ucapnya.

Hasto berharap pelatihan tersebut dapat lebih memperkuat intervensi yang diberikan pada tiap keluarga berisiko stunting, serta upaya yang dilakukan oleh TNI-AD sebelumnya. Salah satunya adalah pembangunan sumber air bersih dan jamban di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Energi positif yang dipancarkan dari Pak Kasad hingga Babinsa ini kekuatan yang luar biasa. Program Bapak Asuh Anak Stunting yang pertama kali dimulai dari Pak Kasad memberikan pengaruh besar kepada jajaran di daerah,” kata Hasto.

Jenderal TNI Dudung Abdurachman menekankan bahwa setiap prajurit harus hadir dalam semua kesulitan rakyat dan wajib memberikan dampak baik dimanapun berada. Terkait faktor sensitif yang menjadi penyebab tertinggi kasus stunting, ia akan mendorong tiap remaja yang akan menikah untuk memeriksakan kesehatan fisiknya.

“Babinsa akan turun langsung ke lapangan untuk membantu BKKBN dalam pemeriksaan tersebut. Babinsa akan menyentuh masyarakat sampai ke pelosok dengan menyerap ilmu dari BKKBN untuk sosialisasikan kepada masyarakat terutama anak muda yang melakukan pernikahan untuk cek kesehatan dulu,” ujarnya.

Dudung menambahkan, saat ini pihaknya menghadirkan program baru bernama Babinsa Masuk Dapur Warga, sebagai upaya mendukung percepatan penurunan stunting nasional. TNI-AD juga terus menggelar kegiatan-kegiatan ketahanan pangan seperti Manunggal Air dan Food Estate.

“Saya tekankan kepada seluruh jajaran Babinsa harus tahu dimana ada warga yang hari ini tidak makan atau hari ini rumahnya masih bocor. Kita harus turun gunung, kita harus membantu kesulitan-kesulitan masyarakat apapun kesulitannya dan harus berdampak dimana dia bertugas dan berada,” kata dia.

Baca juga: Kalteng optimistis mampu realisasikan target penurunan stunting 2024

Baca juga: Setwapres: Program perlindungan sosial berperan turunkan stunting

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022