Manado (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Utara (Sulut) mengecam aksi bom bunuh diri yang terjadi di Bandung, Jawa Barat (7/12) pagi kemarin.

Kakanwil Kemenag Sulut H Sarbin Sehe, di Manado, Kamis, menanggapi insiden bom bunuh diri yang terjadi di Mapolsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu dengan rasa prihatin yang mendalam dan menyayangkan kejadian tersebut.

"Perilaku teroris aksi bom bunuh diri ini tidak dibenarkan apapun alasannya dan jelas bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan," kata Sarbin.

Dia mengatakan teroris adalah musuh agama, musuh negara dan musuh kemanusiaan.

"Oleh karena itu, kami atas nama pimpinan dan seluruh staf Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara mengutuk dengan keras perilaku aksi biadab tersebut," tegas Kakanwil.

Aksi bom bunuh diri terjadi di halaman Kantor Polsek. Aksi kekerasan tersebut dilakukan Agus Sujatno alias Agus Muslim, eks narapidana kasus terorisme bom Cicendo.

Aksi itu jelas merugikan banyak pihak. Menurut kabar terakhir dari Kapolda Jawa Barat, Irjen Suntana menyatakan diantaranya kejadian ini telah menewaskan seorang polisi dan melukai sembilan polisi lainnya. Tak hanya itu, seorang warga juga terluka karena terkena serpihan bom yang meledak saat apel pagi.

Kakanwil mengaku prihatin dengan ulah sebagian orang maupun kelompok yang masih menggunakan cara-cara kekerasan seperti halnya bom bunuh diri untuk menyampaikan perbedaan pandangan. Cara ini jelas bertentangan dengan ajaran agama mana pun yang selalu mengutamakan penghormatan, kesantunan dan keselamatan.

Atas nama Kakanwil dan seluruh jajaran turut berduka atas seluruh korban khususnya anggota polsek dan berharap keluarga korban diberi ketabahan.

Kakanwil mengajak kepada seluruh elemen bangsa, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar mengedukasi bahwa teroris adalah musuh bersama.

Dia juga meminta untuk proaktif dalam menjaga kondusif serta menciptakan ketenangan di tengah masyarakat serta meningkatkan pola pengajaran agama secara baik dan menekankan pentingnya beragama secara moderat.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022