Sebenarnya makanan ini masih layak dan masih bias pula dikonsumsi...
Jakarta (ANTARA) - Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memberdayakan UMKM agar naik ke level lebih tinggi. Ikhtiar itu ditempuh lantaran UMKM jadi tulang punggung perekonomian Indonesia dengan menyumbang 60 persen produk domestik bruto (PDB) nasional.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Indonesia memiliki 64 juta UMKM yang mewakili 99 persen total kegiatan bisnis dengan menyerap 97 persen lapangan kerja. Ini menjadi peluang besar yang dimanfaatkan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada masa pemulihan pascapuncak pandemi COVID-19.

Pemerintah memang tak bisa bekerja sendirian, perlu adanya kolaborasi, sinergi, serta solusi jitu. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UMKM yang membidangi koperasi dan UMKM terus mengupayakan agar UMKM menggeliat kembali lalu bangkit.

Sebagai upaya agar UMKM naik kelas dan berdaya saing, KemenKopUKM berkolaborasi dengan Kantor Staf Presiden, dalam hal ini Staf Khusus Presiden Putri Tanjung, menggelar ajang Pahlawan Digital UMKM 2022.

Ajang ini bermaksud untuk menjaring inovator-inovator teknologi dalam negeri yang menjembatani UMKM untuk naik kelas melalui usaha rintisan (startup) yang diciptakan.

Kegiatan yang dimulai pada Agustus lalu itu telah menjaring 269 peserta yang berasal dari seluruh penjuru negeri, mayoritas atau tepatnya 60 persen berasal dari luar Jabodetabek.

Melalui proses kurasi panjang yang dilakukan oleh KemenKopUKM bersama Stafsus Presiden serta Smesco, akhirnya menjaring tiga orang pemenang utama. Adapun juara utamanya adalah platform atau aplikasi bernama Surplus.

Aplikasi ini merupakan usaha rintisan yang bergerak khusus untuk menjual makanan berlebih, imperfect food, kemudian makanan yang mendekati masa kedaluwarsa namun masih layak dan aman dikonsumsi.

“Makanan ini kemudian dijual ke konsumen dengan harga miring,” ujar CEO & Founder Surplus Muh. Agung Saputra.

Usaha yang berdiri pada tahun 2021 ini dilatarbelakangi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kafe atau restoran hingga perhotelan terpuruk yang berujung menyisakan banyak produksi pangan terbuang.

Selain itu, food loss dan food waste Indonesia cukup tinggi sehingga menjadi masalah yang wajib diselesaikan bersama. Untuk itu ia tergerak membantu menutup masalah yang ada.

Food loss merupakan kondisi makanan berlebih yang berpotensi terbuang di tangan pertama rantai pangan, misalnya, di pihak petani atau pabrik. Adapun waste food terjadi pada rantai akhir produksi, misalnya, di restoran, kafe, atau toko roti.

 

Konsep usaha

Agung menjelaskan konsep usahanya menghubungkan pelaku usaha seperti hotel, restoran atau kafe, UMKM, hingga koperasi untuk menjual makanan berlebih yang masih layak konsumsi dengan harga miring.

Selama satu tahun berjalan, Agung mengakui mampu mengantongi omzet lebih dari satu miliar rupiah per tahun.

Aplikasi tersebut dalam penggunaannya merupakan media yang mempertemukan mitra yakni hotel atau restoran yang menyediakan makanan berlebih dengan konsumen melalui aplikasi. Kemudian dalam proses pengiriman dari resto menuju rumah pemesan, dikirim menggunakan jasa ojek daring.

Sementara pembayaran juga dilakukan secara daring melalui berbagai fasilitas, seperti transfer maupun saldo dompet online.

Model bisnis tersebut selain mengurangi limbah pangan dan mengurangi kerugian restoran maupun hotel, juga terbilang menjanjikan. Betapa tidak, pertumbuhan profit bulanan yang dikantongi perusahaan aplikasi itu mencapai 40 persen/bulan, bahkan mampu mencapai 700 persen dalam setahun.

Keuntungan lain yang didapatkan konsumen adalah bisa menikmati makanan yang disajikan hotel berbintang atau restoran ternama dengan harga terjangkau sehingga menguntungkan semua pihak.

Model bisnis yang dijalankan aplikasi tersebut bisa menjadi win-win solution karena konsumen bisa menyantap makanan yang biasa dijual di tempat mahal dengan harga murah, sementara para pelaku usaha bisa mengurangi kerugian akibat pasokan makanan berlebih, di samping dapat mengurangi limbah makanan.

Bappenas menyebutkan bahwa food loss and waste di Indonesia mencapai 23 -- 48 juta per ton/tahun sepanjang tahun 2000-2019. Angka ini setara dengan konsumsi 115-184 kg per kapita per tahun.

Data itu menunjukkan bahwa setiap warga masyarakat Indonesia telah menyumbang lebih dari 100 kg sampah per tahun, yang berdampak pada kerugian ekonomi kurang lebih senilai Rp213-Rp551 triliun per tahun.

Agung berharap berharap kerugian hingga ratusan triliun rupiah dari sampah pangan ini bisa diubah menjadi bisnis yang saling menguntungkan para pihak.

Meski kini mulai memetik hasil jerih payahnya, pria 27 tahun ini turut menceritakan kesulitan yang dialaminya dalam merintis usaha yakni, pernah ditolak berkali-kali oleh restoran ataupun hotel yang diajaknya untuk bermitra.

“Sudah sering ditolak. Dari 100 (perusahaan/restoran) yang diajak bermitra, yang terealisasi 1--2 persen. (Mungkin) karena ini kan hal baru,” ungkapnya.

Terlebih lagi kesadaran dalam menjaga lingkungan juga masih sangat rendah sehingga dalam menjalin kemitraan pihaknya juga turut mengedukasi ke arah pelestarian lingkungan berkelanjutan.

Sementara itu, usaha rintisan yang sudah memiliki 11 orang karyawan ini menyasar konsumen dengan uang alias budget terbatas, seperti pelajar dan mahasiswa untuk menggunakan apps-nya.

“Sebenarnya makanan ini masih layak dan masih bias pula dikonsumsi, termasuk oleh yang belum punya pendapatan besar. Jadi semua bisa makan enak,” tambahnya.

Startup yang berkantor di kawasan Matraman, Jakarta Timur, ini sudah dapat diakses di 11 kota di Indonesia. Ke depan, usaha rintisan ini berencana memperluas cakupan wilayah secara nasional.

Melalui kucuran dana dari ajang Pahlawan Digital ini, pihaknya juga akan memperkenalkan usaha rintisannya ke masyarakat yang lebih luas lagi, kemudian memperluas kemitraan, dan pengembangan sumber daya manusia.

Tujuannya, agar dampaknya bisa dirasakan seluruh koperasi UMKM di Indonesia.

Deputi Bidang Kewirausahaan Siti Azizah menjanjikan para pemenang pada ajang ini  digandeng menjadi mitra KemenKopUKM untuk menjadi agregator UMKM lainnya dalam percepatan realisasi target 30 juta UMKM onboarding digital pada tahun 2024.

Usaha rintisan tersebut, kelak tidak saja mengurangi limbah, tapi juga mampu menggerakkan perekonomian dalam skala luas.



Editor: Achmad Zaenal M


 

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022