Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI terus mengingatkan masyarakat terutama mahasiswa agar membangun dan menguatkan ketahanan nasional untuk menghadapi ideologi radikal.

"Ketahanan seluruh elemen bangsa diperlukan dan harus ditingkatkan untuk menangkal paham intoleran, radikalisme serta terorisme khususnya kepada generasi muda," kata Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Untuk membangun ketahanan tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan memahami serta menghayati sejarah perjuangan pahlawan akan memperkuat jati diri kita sebagai sebuah bangsa.

Hal tersebut disampaikan Kepala BNPT dalam dialog kebangsaan di Universitas Syiah Kuala, Aceh bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, serta civitas academica kampus.

Boy menjelaskan menghayati sejarah bukan hanya memahami penjelasan masa lalu yang pernah terjadi dan fakta yang pernah ada, tetapi lebih dari itu sejarah merupakan spirit penentu masa depan yang lebih baik.

Baca juga: BNPT ajak masyarakat bangun kesiapsiagaan nasional lawan terorisme

Baca juga: BNPT sebut ormas Islam moderat punya tugas bangun moderasi beragama


Mantan Kapolda Banten itu mengatakan perlunya memperkuat ketahanan nasional dikarenakan virus intoleransi terus disebar oleh kelompok radikalisme dan terorisme yang berbasis pada sebuah ideologi kekerasan.

Untuk mewujudkan tujuannya, ideologi tersebut menggunakan narasi agama yang ekstrem dalam merekrut masyarakat dengan tujuan menghancurkan ideologi Pancasila dari dalam.

"Mereka memiliki tindakan yang sangat tidak Islami menggunakan narasi-narasi agama, inilah salah satu dari karakter mereka menyalahgunakan narasi agama dan bersifat intoleran, radikal eksklusif, anti-kemanusiaan, menggunakan kekerasan ekstrem," kata dia.

Ia melanjutkan pada era saat ini, suara jihad yang disampaikan oknum-oknum tersebut telah memengaruhi generasi muda untuk membenci dan memusuhi bangsanya sendiri. Hal itu berbeda dengan jihad fissabilillah yang dikumandangkan para pahlawan khususnya pejuang dari Aceh.

"Berkembangnya ideologi terorisme dan radikalisme pada saat ini pun telah bertransformasi melalui media digital," ujar lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 itu.

Ia menyebutkan dari 204 juta pengguna internet, sekitar 179 juta menggunakan sosial media dan 60 persen di antaranya adalah generasi muda. Kondisi tersebut dimanfaatkan kelompok radikal untuk merekrut atau menyebarkan hal-hal negatif.

Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala, Aceh Prof. Marwan mengatakan kolaborasi yang dilakukan BNPT memberikan dampak positif termasuk mengedukasi seluruh civitas academica dalam mencegah penyebaran paham intoleran, radikalisme dan terorisme.

"Kita tentu semuanya sepakat bahwa terorisme adalah musuh bersama, karena bangsa ini akan sulit tumbuh dan melanjutkan pembangunannya jika radikalisme dan ancaman terorisme terus menggerogoti keutuhan bangsa," ujar Prof. Marwan.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022