Manufaktur sebenarnya adalah transformasi perekonomian Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor manufaktur merupakan salah satu bentuk transformasi ekonomi Indonesia.

“Manufaktur sebenarnya adalah transformasi perekonomian Indonesia,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam "The Lauch of The World Bank Indonesia Economic Prospects Report" di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani menekankan pengembangan industri manufaktur sangat penting karena akan memberi efek berantai bagi Indonesia seperti penciptaan lapangan pekerjaan formal dengan tenaga kerja yang berkualitas tinggi dan gaji yang lebih baik.

Menurutnya, sejauh ini perekonomian Indonesia masih dominan dikuasai oleh sektor informal, khususnya sektor perdagangan, sehingga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Tidak hanya nilai tambah, namun jadi lebih sehat dan lebih baik yang dalam hal ini untuk tenaga kerja tetapi juga untuk modal,” ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Waspadai penurunan PMI Manufaktur Indonesia

Ia menyebutkan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan dan memberi nilai tambah terhadap industri manufaktur adalah melalui hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) yang dibarengi dengan kebijakan substitusi impor.

Terlebih lagi neraca perdagangan Indonesia dalam 30 bulan terakhir mampu mencatat surplus hingga 44 miliar dolar AS yang didominasi oleh ekspor komoditas SDA mentah akibat ledakan harga komoditas di level global.

“Surplus perdagangan ini didukung karena beberapa bahan mentah sekarang telah diproses dan menciptakan nilai perdagangan yang lebih berkelanjutan dan lebih tinggi,” kata Sri Mulyani.

Meski hilirisasi komoditas nikel menyumbang peningkatan nilai jual yang signifikan, ternyata pemerintah masih akan berusaha melakukan hilirisasi pada komoditas lain yang potensial.

“Menciptakan lingkungan industri di mana sektor manufaktur bisa tumbuh bukan lah tugas yang mudah,” tegas Sri Mulyani.

Baca juga: Jokowi: Hilirisasi dan industrialisasi SDA harus terus dilakukan





 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022