QIYOC 2023 peluang besar Indonesia mengubah citra yang selama ini melekat di Qatar maupun negara-negara Jazirah Arab
Doha (ANTARA) - Sejak tahun 2012, Qatar menggelar platform besar diplomasi kebudayaan bernama Year of Culture atau Tahun Kebudayaan. Year of Culture merupakan ajang yang dipadati berbagai program kebudayaan sepanjang kalender satu tahun penuh.

"Year of Culture adalah tentang menciptakan gaya hidup yang mendorong kualitas hidup kita dengan menghubungk1an berbagai aspek seperti olahraga, seni, bisnis, kesehatan, pendidikan, dan banyak lagi," demikian situs resmi Year of Culture mendeskripsikan program mereka.

Year of Culture merupakan program inisiatif Qatar Museums Authority (QMA) yang dipimpin oleh Sheikha Al Mayassa binti Hamad Al Thani, adik dari Amir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

Secara umum Year of Culture berisikan rangkaian program pertukaran kebudayaan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman antara Qatar dan masyarakatnya dengan masyarakat negara-negara mitra.

Jepang menjadi negara mitra pertama Year of Culture pada 2012 sebelum secara berurutan setiap tahunnya peran itu dijalankan oleh Britania Raya (Inggris), Brasil, Turki, China, Jerman, Rusia, India, Prancis, Amerika Serikat, dan kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, serta Asia Selatan (MENASA).

Indonesia mendapat kehormatan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang dipercaya menjadi negara mitra Year of Culture oleh Qatar untuk tahun 2023.

Duta Besar RI untuk Qatar Ridwan Hassan  meyakini kehormatan itu tidak lepas dari tingginya tingkat aktivitas komunitas diaspora Indonesia di negeri Keluarga Al Thani itu, meskipun populasinya tak sebesar Pakistan, Bangladesh, ataupun Filipina.

"Sejak 2012 Qatar mengambil partner country negara-negara yang punya peran besar di dunia, peran besar dalam hubungan bilateral dengan Qatar, atau yang komunitasnya besar di sini," kata Ridwan kepada ANTARA di Doha, akhir November lalu.

Indonesia ini diminta jadi partner meskipun komunitasnya tidak sebesar negara lain, tapi kiprah diasporanya aktif, dan aktivitas budaya Indonesia sangat luar biasa serta diakui di tingkat dunia.1

Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar RI (Pensosbud KBRI) Doha, Ali Murtado, meyakini bahwa Qatar memiliki kriteria tersendiri dalam memilih negara mitra Year of Culture.

Pasalnya, Year of Culture bukan hanya menjadi upaya Qatar menjalin pemahaman kebudayaan, tetapi juga mengenalkan diri mereka ke dunia terutama ke negara-negara yang memiliki reputasi besar di bidang kebudayaan.

"Kalau dilihat partner countries sebelumnya negara-negara besar semua, seperti China, Turki, Amerika Serikat, dan Prancis," kata Ali.

"Mereka pasti seleksi ya, melihat, memperhatikan negara-negara yang saya kira kriterianya apakah bisa dianggap big player di bidang kebudayaan. Selain juga tentunya melihat apakah negaranya punya keanekaragaman, mungkin juga ukuran, dan pastinya kedekatan bilateral," ujarnya.

Mengingat Desember yang sudah di ambang paruh akhir, rasanya kisa semua tinggal melakukan hitung mundur menuju partisipasi Indonesia dalam Year of Culture, yang akan bertajuk Qatar-Indonesia Year of Culture (QIYOC) 2023.
Duta Besar RI untuk Qatar Ridwan Hassan saat melayani wawancara media di Wisma Kedutaan Besar RI di Doha, Qatar, Selasa (29-11-2022). ANTARA/Gilang Galiartha
Ubah citra

Selaku Pensosbud KBRI Doha, Ali menjembatani QMA dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Ditjen Kebudayaan Kemendikbud) untuk merancang program yang akan mewarnai QIYOC 2023 sepanjang kalender tahun depan.

Terlebih lagi, dengan banyaknya program yang direncanakan QIYOC 2023 pasti akan melibatkan diaspora Indonesia yang ada di Qatar sehingga peran serta KBRI dibutuhkan.

Ali mengaku tiap dua pekan dirinya menjalani korespondensi bersama QMA dan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud untuk terus mematangkan sekira 20 kegiatan di Qatar dan belasan acara di Indonesia dalam kerangka QIYOC 2023.

Secara pribadi, Ali melihat QIYOC 2023 ini sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk mengubah citra yang selama ini melekat di Qatar maupun negara-negara Jazirah Arab kebanyakan, yakni sebagai produsen pekerja domestik atau pembantu rumah tangga.

"Saya ini sudah puluhan kali ngadain pameran di sini ya, mau itu kopi, buku, atau wisata. Akan tetapi setiap kali ada Qatari (warga asli Qatar-red) datang ke stand kita, mereka itu entah iseng atau gimana, pertanyaan pertama bukan 'Mana objek wisata terbaik Indonesia, atau siapa novelis Indonesia paling terkenal, ataupun produk dagang', tapi justru 'Kapan Indonesia membuka lagi pengiriman pembantu rumah tangga ke sini?'," tutur Ali.

Ali menyadari bahwa hal itu adalah sebuah stigma, meski ia sama sekali tidak memungkiri sumbangsih besar para pekerja migran Indonesia di ranah domestik ke devisa Indonesia.

Akan tetapi, sering kali baik itu di Qatar maupun di Jazirah Arab, Indonesia seolah-olah terbatas hanya pada pekerja ranah domestik.

"Saya inginnya QIYOC itu bisa mulai mengubah stigma itu, bahwa Indonesia itu bukan cuma soal pembantu rumah tangga. Indonesia itu soal cerita sebuah bangsa yang besar, beraneka ragam," ujarnya.

Ali paham bahwa QIYOC 2023 tidak akan serta merta menghapuskan stigma itu, tapi setidaknya bisa menjadi pemicu besar untuk perubahan ke arah yang lebih baik terhadap citra Indonesia di Qatar maupun Jazirah Arab pada umumnya.

Ali meyakini QIYOC 2023 teramat bisa menjadi platform mengubah citra Indonesia tersebut, sebab inisiatifnya datang dari Qatar sehingga besar kemungkinan membuat hal ini tak bertepuk sebelah tangan.
Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar RI Doha, Ali Murtado, saat ditemui di kantornya di Doha, Qatar, Minggu (11-12-2022). ANTARA/Gilang Galiartha
Tentang kopi

Di antara sekian banyak program yang tengah dirancang dan dimatangkan oleh QMA dan Kemendikbud, Ali membocorkan salah satunya yakni pameran kebudayaan dari dengan wahana kopi.

QIYOC 2023 akan menggelar pameran kebudayaan kopi, sebab menurut Ali, ada banyak spektrum yang bisa digali dari biji-bijian yang beberapa tahun terakhir kembali menjadi primadona itu.

Kendati demikian, Ali menekankan bahwa pameran kopi jangka panjang yang dilakukan dalam kerangka QIYOC 2023 tidak menekankan pada promosi dagang, tapi lebih pada budayanya.

"Bahwa sekarang kopi menjadi salah satu sumber ekonomi/sumber pendapatan itu benar, tapi tidak sekadar itu. Ada sejarah budaya, sejarah perjuangan yang panjang, makanya pamerannya agak panjang beberapa bulan rencananya," kata Ali.

Selain itu QIYOC 2023 juga rencananya akan melakukan pertukaran fotografer di mana masing-masing negara mengirim fotografer ke negara satu sama lain yang hasilnya akan disajikan dalam sebuah pameran besar.

Salah satu yang tengah disiapkan secara matang adalah seremoni pembukaan QIYOC 2023 yang rencananya digelar pada Februari mendatang. Ali mengaku panitia saat ini tengah berusaha melibatkan Rama Soeprapto, sutradara yang pernah terlibat dalam produksi pementasan La Galigo beberapa waktu lalu.

"Jadi memang kita akan upayakan sekolosal mungkin pembukaannya di Qatar," katanya.

Sementara itu di Indonesia rencananya akan akan belasan kegiatan yang dilakukan oleh Qatar dalam rangka promosi budaya di tengah QIYOC 2023. Bahkan kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya digelar di Jakarta, sebab akan juga dilangsungkan di Bali, Yogyakarta, bahkan Tomohon.

Bahkan, bertepatan dengan pembukaan Piala Dunia 2022 pada 19 November lalu, di Indonesia tepatnya di Museum Nasional dilangsungkan pameran panjang Kopi Togetherness yang menyambut QIYOC 2023.

Kopi Togetherness dijadwalkan berlangsung hingga 18 Desember dengan lima subtema yakni Kopi Bumi, Kultur Kopi, Kopi Kini, Kopi & Kita, serta Kopi Merdeka.

Di luar itu, semangat besar Ali mengubah citra Indonesia di Qatar dan Jazirah Arab, agaknya bisa menjadi niat mulia untuk mengharapkan kesuksesan QIYOC 2023. Sebab, mengamini ucapan Ali, Indonesia memang tak sekadar pabrik pekerja domestik.




Editor: Achmad Zaenal M

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022