Jakarta (ANTARA) - Indo-Pasifik adalah kawasan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang mencakup 65 persen dari populasi global. Pada 2030, kawasan tersebut diperkirakan akan menjadi rumah bagi dua pertiga kelas menengah di dunia.

Oleh karena itu, tidak heran bila banyak negara menyadari bahwa kawasan Indo-Pasifik akan memainkan peran penting dan mendalam bagi masa depan mereka.

Misalnya, Pemerintah Kanada menganggap Indo-Pasifik sebagai kawasan yang sangat penting dan berpengaruh bagi kepentingan negara itu, termasuk dalam hal ekonomi.

"Kawasan Indo-Pasifik dan negara-negara di kawasan tersebut, termasuk Indonesia, memiliki dampak penting bagi kepentingan Kanada, terhadap perekonomian kami, sehingga kami perlu hadir dan terlibat dengan semua negara di kawasan tersebut," kata Duta Besar Kanada untuk Indonesia Nadia Burger.

Untuk itu, Kanada baru-baru ini meluncurkan Strategi Indo-Pasifik untuk mendukung pertumbuhan, kemakmuran, dan keamanan jangka panjang bagi rakyat Kanada.

"Ini adalah strategi yang sangat penting ... terutama dalam hal keterlibatan kami (Kanada) di kawasan Indo-Pasifik dalam jangka panjang," ucap Burger.

Mengingat signifikansi Indo-Pasifik, maka tidak heran banyak pihak yang ingin memastikan kehadiran, keterlibatan dan kepentingannya di kawasan tersebut, bahkan tidak jarang Indo-Pasifik menjadi "lahan" adu pengaruh antarnegara, misalnya antara China dan Amerika Serikat serta para sekutunya.

Pada November, Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin III,  menyampaikan pidato utama di Forum Keamanan Internasional Halifax 2022 di Nova Scotia, Kanada, dengan mengangkat isu-isu pokok tentang upaya AS dalam membangun arsitektur keamanan yang lebih tangguh bersama para sekutu dan mitra AS di seluruh Indo-Pasifik dan Eropa.

Sementara itu, Jepang dan Jerman telah membahas kerja sama untuk menuju realisasi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, yakni sebuah visi yang dipromosikan oleh Jepang dan Amerika Serikat dalam suatu perlawanan terselubung terhadap kekuatan militer China yang tumbuh di kawasan Asia-Pasifik.

Selain itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Oktober bertemu di Perth untuk meningkatkan kerja sama keamanan antara kedua negara.

Upaya peningkatan kerja sama keamanan Jepang-Australia itu disampaikan di tengah meningkatnya kekuatan militer dan ketegasan maritim China di kawasan Indo-Pasifik.

Indonesia menyikapi

Terkait kondisi itu, Indonesia telah mengambil posisi tersendiri untuk menyikapi adu pengaruh di Indo-Pasifik sekaligus berupaya untuk mewujudkan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang stabil dan makmur bagi semua, salah satunya melalui Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik(ASEAN Outlook on Indo-Pacific).

Pandangan ASEAN itu diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia mengingat posisi negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berada di tengah kawasan Indo-Pasifik.

Menurut Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, ASEAN --yang terletak di tengah-tengah kawasan Indo-Pasifik-- akan menghadapi tantangan eksternal dari segi geopolitik dan geo-ekonomi.

"Semua negara sekarang berbicara tentang Indo-Pasifik yang dikatakan sebagai kawasan yang sangat strategis, maka persaingan banyak terjadi di situ, dan ASEAN terletak di tengah-tengah Indo-Pasifik," ujarnya.

"Pada 2023, geopolitik masih akan dinamis sekali dan pertumbuhan ekonomi akan menurun, ini menciptakan tantangan eksternal bagi ASEAN karena perhimpunan ini dari sisi geografisnya sangat strategis dan termasuk di kawasan Indo-Pasifik," lanjutnya.

Namun,  Indonesia sudah mengantisipasi adanya tantangan tersebut dengan mengeluarkan konsep ASEAN Outlook on Indo-Pacific.

"Kalau ASEAN tidak punya konsep yang jelas mengenai Indo-Pasifik ini mau diapakan maka ASEAN akan terseret terus. Oleh karena itu, pada beberapa tahun lalu Indonesia telah menginisiasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific yang akhirnya diadopsi oleh para pemimpin ASEAN," kata Retno menjelaskan.

Dengan adanya pandangan itu, ASEAN sudah dapat maju untuk mengimplementasikan pandangannya untuk membangun kerja sama di kawasan dengan negara-negara mitra ASEAN.

Salah satu bentuk konkret implementasi dari pandangan tersebut adalah penyelenggaraan ASEAN-Indo-Pacific Infrastructure pada 2023.

"(Persaingan) itu memang ada tapi mari kita bicara dengan energi yang positif dan dengan semangat kerja sama ekonomi," kata Menlu Retno.

Selanjutnya, semangat kerja sama ekonomi dalam kerangka Indo-Pasifik itu belum lama ini juga diterapkan Indonesia melalui keterlibatan dalam Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global dan peluncuran terobosan baru Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP).

JETP dipimpin bersama oleh Amerika Serikat dan Jepang atas nama G7 dan Kelompok Mitra Internasional (IPG), termasuk Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Inggris.

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa sebagai pemangku Presidensi G20 pada tahun ini dan Ketua ASEAN tahun depan, Indonesia akan memastikan negara-negara berkembang mendapat manfaat dari prakarsa global transformasional itu.

"Kita bekerja sama dengan para mitra, termasuk mitra-mitra di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik, menyampaikan visi Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global untuk berinvestasi dalam infrastruktur bagi masa depan, dan mewujudkan visi Presidensi G20 Indonesia untuk 'Recover Together, Recover Stronger'," ujar Jokowi.

Selanjutnya, mengingat pentingnya kawasan Indo-Pasifik, Pemerintah Indonesia juga telah menekankan pentingnya penerapan nilai-nilai seperti penghormatan terhadap supremasi hukum dan sistem internasional berbasis aturan di kawasan.

Sama seperti Indonesia, semangat untuk kerja sama demi stabilitas di Indo-Pasifik itu juga disampaikan oleh Pemerintah Kanada.

Dubes Kanada untuk Indonesia Nadia Burger menyatakan bahwa Kanada berupaya bersama dengan Indonesia untuk membangun stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik demi kemakmuran bersama di kawasan tersebut dan secara global.

"Kawasan ini sangat penting bagi kami dan kami ingin memberikan banyak penekanan dan prioritas pada hal ini. Jelas mengenai masalah pertahanan dan keamanan, kami ingin bekerja sama untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Nadia Burger dalam wawancara khusus dengan ANTARA.

Pada akhirnya, penghormatan terhadap aturan hukum dan sistem internasional serta semangat multilateralisme merupakan nilai-nilai penting yang perlu diikuti negara-negara di kawasan Indo-Pasifik demi terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022