Cianjur, (ANTARA News) - Tingginya tingkat pencemaran Sungai Cisarua di Cianjur Jawa Barat diduga akibat kelalaian Pemkab Cianjur yang terlalu longgar memberikan ijin pembangunan pabrik yang berpotensi membuang limbah sembarangan. "Pemkab Cianjur pada masa lalu nampaknya tidak berpikir panjang bahwa pembangunan pabrik yang tidak ramah lingkungan akan berakibat buruk bagi masa depan kehidupan secara umum," kata anggota Komisi E DPRD Jabar yang membidangi lingkungan, dr Anwar Turjana di Cianjur, Sabtu (6/5). Berdasar pemantauannya di lapangan, kondisi air sungai Cisarua sudah sangat mengkhawatirkan. Selain berbau, airnya juga berwarna kehitam-hitaman, sehingga ikan pun tidak bisa bertahan hidup di sungai seperti itu. Padahal, kata Anwar, dua puluh tahun yang lalu air sungai Cisarua termasuk Cisarua Leutik terlihat deras dan bening, dan di sekelilingnya terdapat banyak pesawahan subur, sehingga menawarkan kedamaian bumi Cianjur yang terkenal sebagai gudang beras. "Saya berpendapat Pemkab Cianjur perlu segera memindahkan pabrik yang menjadi sumber malapetaka bagi lingkungan itu," tegasnya. Pada kesempatan terpisah, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Cianjur, Mohammad Isnaeni SH mengemukakan hal senada, bahkan pihaknya akan segera membuat nota kepada Dinas Kesehatan dan instansi terkait untuk melakukan uji laboratorium terhadap dugaan pencemaran air Sungai Cisarua. Warga Cianjur kini menyaksikan bahwa air dari Sungai Cisarua yang membelah wilayah Cianjur kota tidak lagi bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga karena tingkat pencemarannya yang makin tinggi. Ahli Agroforestry dan Pertanian dari Program Pelayanan Lingkungan (ESP) USAID Cianjur, Arman Abdul Rohman kepada ANTARA beberapa waktu lalu membenarkan adanya tingkat pencemaran yang sangat tinggi di Sungai Cisarua serta Sungai Cisarua Leutik yang masih berada pada deretan Sungai Cisarua. "Kemungkinan air sungai tersebut mengandung unsur mikro seperti zat besi atau tembaga yang relatif tinggi, disamping adanya zat asam yang berlebihan," ujarnya. Menurut Arman, unsur-unsur mikro yang tidak terkendali dalam air dapat menyebabkan keracunan dan iritasi kulit serta gatal-gatal, sementara zat asam yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman seperti padi menjadi kerdil, sehingga hasil panen tidak akan maksimal. "Untuk lebih meyakinkan, perlu adanya uji laboratorium, sehingga sebab-sebab pencemaran akan menjadi jelas, apakah karena limbah pabrik atau sebab lain," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006