Menurut Daniele Cat Berro dari Italian Meteorological Society, arus cuaca hangat dari Afrika Utara menyelimuti sebagian besar wilayah Italia, menyebabkan suhu melonjak ke rekor tertinggi.
Di seluruh Italia bagian tengah dan selatan, suhu diperkirakan akan melampaui suhu tertinggi yang pernah tercatat dalam 50 tahun. Suhu tinggi harian akan tetap lebih panas dari biasanya hingga akhir tahun baru, kata Cat Berro.
"Fenomena antisiklon dari Afrika Utara ini menaikkan suhu ke level yang tinggi," ujar Cat Berro kepada Xinhua.
"Ini adalah dampak yang sama yang kita lihat di musim panas ketika suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit), kecuali bahwa sekarang kemiringan Bumi lebih besar dan matahari berada di posisi yang lebih rendah, sehingga suhu tinggi yang sebenarnya menjadi lebih rendah."
Curah hujan yang rendah menyebabkan sejumlah daerah aliran sungai utama di Italia bagian utara dan tengah mengering. Berkurangnya curah hujan yang dipadu dengan suhu tinggi yang tidak sesuai musim menyebabkan sebuah gletser besar di Pegunungan Dolomites di Italia bagian utara runtuh, hingga menewaskan 11 orang pendaki.
Musim panas yang panas dan kering kemudian berubah menjadi cuaca ekstrem di musim gugur, termasuk hujan lebat, banjir bandang, angin kencang, dan tanah longsor. Kota kanal Venesia terancam oleh potensi banjir, dan terselamatkan hanya karena sistem gerbang banjir "Mose" yang mulai beroperasi tahun lalu.
Menurut Cat Berro, meskipun sulit untuk mengaitkan peristiwa cuaca apa pun dengan perubahan iklim, frekuensi dan tingkat keparahan dari peristiwa-peristiwa cuaca tersebut berkaitan dengan perubahan iklim global.
"Peristiwa cuaca yang biasanya terjadi sekali dalam satu dekade kini terjadi setiap tahun, bahkan berkali-kali dalam setahun," kata Cat Berro. "Segalanya tidak akan kembali seperti dahulu. Kita harus membiasakan diri dengan kenyataan baru ini, serta bersiap dan beradaptasi."
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022