Bengkulu, (ANTARA News) - Banyak bibit yang ditanam dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di lokasi hutan kawasan lindung Bukit Cogong, Kecamatan BKL Ulu Terawas, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, yang mati. Sementara program Gerhan yang dilaksanakan juga baru mencapai 30 persen dari 200 hektar lahan yang menjadi sasaran program tersebut, kata Kepala Dinas Kehutanan Musirawas HA Murtin, SH M.Si, Senin (8/5). "Program Gerhan yang bisa diraelisasikan baru 30 persen, sisanya akan diseleasaikan pada November mendatang, katanya kepada wartawan saat menutup program Gerhan di kawasan lindung Bukit Cogong. Desa Sukakarya, 35 Km arah barat Kota Lubuklinggau menjadi salah satu lokasi Gerhan, sejak ditanam beberapa bulan lalu banyak bibit yang terlihat mati, terutama jenis jati. Sedangkan bibit yang lain seperti mahoni, meranti, pulai, bambang lanang, petai, tampak segar, tapi menurut warga, bibit-bibit segar itu baru ditanam satu minggu belakangan. Kepala Desa Sukakarya Suryoto yang ditemui di lokasi menjelaskan, program Gerhan di desanya dimulai 2004 lalu mencakup lahan seluas 200 Ha, namun karena berbagai kendala seperti gangguan dari babi hutan dan kera serta tanah longsor, keberhasilan Gerhan hanya 67 persen, sedangkan tahun 2005 yang dilaksanakan tahun 2006 juga mencakup lahan 200 Ha. Pada Gerhan 2005, dengan bibit sebanyak 72 ribu batang yang layak ditanam hanya 61.850 batang, ujarnya. Sementara itu Kadishut Musirawas HA Murtin, ketika ditanya adanya dugaan penyimpangan dalam program Gerhan menyatakan tidak adanya niat untuk mencari keuntungan dan memperkaya diri. Ia menjelaskan, yang menjadi kendala keberhasilan Gerhan ini antara lain tidak seiringnya proses penanaman dengan pemeliharaan, idealnya masa penanaman dan pemeliharaan bersamaan, ternyata masa pemeliharaan malah dilakukan pada tahun berikutnya. Kegagalan Gerhan juga karena sistem penganggaran yang kurang tepat, sehingga menyebabkan mepetnya waktu pengerjaan. Anggaran pelaksanaan itu turun Maret, sedangkan pertanggungjawabannya pada April, sehingga pelaksanaan Gerhan tidak maksimal, katanya. Masalah lainnya, pengadaan bibit juga menjadi penyebab kegagalan Gerhan, sebaiknya pembibitan dilakukan langsung oleh kelompok tani di tempat penerima bantuan. Ditanya mengenai dana Gerhan 2005, Murtin mengatakan, Musirawas dianggarkan mendapat Rp3,5 miliar yang dianggarkan melalui dana cadangan reboisasi, yang juga meliputi biaya pemeliharaan Gerhan tahun 2004. Di Lebong Sementara itu, banyaknya bibit yang mati untuk program Gerhan juga ditemukan di Kabupaten Lebong, Bengkulu sehingga menjadi keprihatinan anggota DPRD daerah itu. Anggota Komisi C DPRD Lebong Sumardi, mengungkapkan, pihaknya menemukan adanya bibit yang mati di titik distribusi bagi kelompok tani di Kecamatan Rimbo Pegadang, dari 82.524 yang akan disistrubusikan, 16.000 batang di antaranya sudah mati. Sementara sisanya juga dalam kondisi rawan dan jika tidak dirawat akan mati, dan kondisi ini diduga juga terjadi di sejumlah titik distribusi. Anggota dewan itu menduga bibit yang dibeli itu merupakan bibit bekualitas rendah, karena itu pihak yang mengadakan bibit tersebut harus bertanggungjawab. Kepada pihak terkait diminta agar menugaskan orang yang benar-benar paham soal pembibitan sehingga bibit itu tidak mudah mati, padahal belum sampai diberikan kepada masyarakat, katanya. Dari penelusurannya juga terungkap adanya masyarakat yang kurang merespon untuk menjadi penerima bantuan, padahal salah satu tujuannya untuk membantu perekonomian masyarakat. "Mengapa masyarakat tidak merespon, dewan masih akan mempelajari, agar program Gerhan tidak gagal," ujar Sumardi. (*)

Copyright © ANTARA 2006