Jakarta (ANTARA) - Jerman mencatatkan rekor tahun terpanasnya pada 2022 dengan suhu rata-rata tahunan mencapai 10,5 derajat Celsius, kata Badan Meteorologi Nasional Jerman (Deutscher Wetterdienst/DWD) pada Jumat (30/12).

Negara tersebut mengalami "tahun yang bercuaca tidak biasa," tutur DWD. Suhu di Jerman tercatat 2,3 derajat Celsius di atas suhu pada periode referensi yang diakui secara internasional (1961-1990), dan lebih tinggi dari angka yang tercatat pada 2018, pemegang rekor sebelumnya.

"Beberapa peristiwa gelombang panas yang intens pada Juni dan Juli menyebabkan pecahnya sejumlah rekor suhu tertinggi di seantero Eropa," seperti dinyatakan DWD.

Imbasnya, Jerman juga mencatat rekor tahunan baru untuk jam paparan sinar matahari dan mengalami curah hujan 15 persen lebih sedikit dari biasanya.

Sebelumnya pada pekan ini, Asosiasi Petani Jerman (Deutscher Bauernverband/DBV) menyampaikan dalam laporan pasarnya bahwa cuaca panas dan kekeringan selama bulan-bulan musim panas lagi-lagi membatasi hasil panen sayuran. Volume panen sayuran segar tahun ini diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan pada 2021.

Pengiriman barang melalui jalur sungai di Jerman juga terdampak parah akibat kekeringan pada musim panas. Sungai Rhine, jalur air tersibuk di Eropa, mengalami penurunan level permukaan air hingga ke rekor terendahnya, hingga memaksa kapal-kapal mengangkut jumlah kargo yang lebih sedikit di saat industri kimia di negara tersebut sedang mengalami kesulitan dengan kemacetan pasokan.   

 
   


Data cuaca pada 2022 harus menjadi "dorongan baru bagi kita semua untuk akhirnya beralih dari sekadar berbicara menjadi mengambil tindakan terkait perlindungan iklim," kata Tobias Fuchs, direktur iklim dan lingkungan di DWD, dalam sebuah pernyataan.

"Pemanasan global terus berlanjut hampir tanpa henti," tutur Fuchs. Sejauh ini, dunia "belum berhasil menekan gas rumah kaca secara efektif."
 
   


Jerman menargetkan untuk memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 65 persen pada 2030 mendatang dibandingkan level pada 1990, dan mencapai netralitas iklim pada 2045.

Namun, perekonomian terbesar di Eropa itu masih sangat jauh dari target iklim jangka menengahnya, menurut laporan soal isu iklim yang disusun oleh Dewan Ahli pemerintah Jerman dan dipublikasikan pada awal November.

"Tingkat pengurangan emisi yang telah dicapai sejauh ini masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi target perlindungan iklim pada 2030," kata Thomas Heimer, anggota Dewan Ahli tersebut. "Emisi tahunan harus turun dua kali lipat dibandingkan perkembangan historis selama 10 tahun terakhir." 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022