Timun yang tadinya Rp10.000 jadi Rp15.000. Habis itu bawang merah juga naik tapi tidak seberapa
Jakarta (ANTARA) - Harga beberapa jenis cabai di pasar tradisional di wilayah Jakarta Barat mengalami kenaikan drastis memasuki Tahun Baru 2023.

Hal tersebut dikatakan beberapa pedagang sembako di pasar tradisional di Jakarta Barat  saat ditemui ANTARA, Selasa.

"Yang cabai pada naik semua mas, sudah dari tanggal 31 kemarin sampai sekarang," kata Sri, salah satu pedagang sembako di Pasar Slipi, Palmerah, Jakarta Barat.

Sri mengatakan, meningkatnya harga cabai diduga karena cuaca yang membuat panen cabai di daerah terganggu.

Baca juga: Harga cabai rawit di DKI masih tinggi capai Rp120 ribu per kilogram

Beberapa yang naik di antaranya cabai rawit merah yang sebelumnya Rp 65.000 kini menjadi Rp90.000. Selain itu, cabai keriting merah dari semula Rp40.000 kini menjadi Rp65.000 per kilogram (kg).

Cabai rawit putih semula seharga Rp27.000 kini naik menjadi Rp45.000. "Cabai rawit hijau juga naik dari Rp50.000 ke Rp65.000" kata dia.

Rahma, pedagang sembako di wilayah Palmerah juga mengemukakan hal yang sama. Menurut dia, bukan hanya cabai yang naik melainkan terong, timun dan bawang merah juga naik.

"Timun yang tadinya Rp10.000 jadi Rp15.000. Habis itu bawang merah juga naik tapi tidak seberapa," katanya.

Bawang merah kecil naik dari Rp35.000 menjadi Rp40.000. "Sedangkan bawang merah besar dari Rp40.000 menjadi Rp45.000," kata dia.

Baca juga: DKI catat seluruh jenis cabai dan bawang alami kenaikan harga

Namun demikian, beberapa bahan pangan yang sebelumnya naik menjelang akhir tahun 2022 kini sudah turun. Beberapa di antaranya telur ayam negeri dan minyak curah.

Syawal selaku pedagang sembako di wilayah Slipi mengatakan, harga telur turun dari Rp33.000 menjadi Rp29.000 per kg.

"Harga terigu stabil di Rp11.000 per kilogram . Harga beras juga stabil di Rp13.5000 per kilogram," kata dia.

Syawal berharap harga pangan yang sebelumnya naik sebelum tahun baru bisa kembali normal sehingga daya beli masyarakat bisa kembali normal.
 

Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023