Kami melakukan penanaman agar ruang-ruang kosong
Jakarta (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta menyatakan nilai salinitas atau kadar garam yang rendah menghambat pertumbuhan pohon mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke, Kota Jakarta Utara.

Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Jakarta Nani Rahayu di Jakarta, Sabtu mengatakan salinitas yang optimal untuk mangrove adalah 11-13 persen, sedangkan nilai salinitas yang ada di Suaka Margasatwa Muara Angke hanya berkisar 5 persen.

"Sebenarnya mangrove itu tumbuhan yang tidak butuh garam, tapi bisa tahan terhadap garam. Ketika lingkungan tidak optimal akan berpengaruh terhadap komponen ekosistem lainnya," kata Nani saat ditemui di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta.

Ia menjelaskan salinitas yang rendah itu akibat limpahan Sungai Pandan—anak Sungai Muara Angke—masuk ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke.

Kondisi itu menyebabkan sedimentasi yang membuat sungai menyempit dan air laut terhalang masuk ke dalam kawasan hutan mangrove, sehingga menyebabkan tumbuhan invasif menjadi banyak, di antaranya eceng gondok dan rumput malela.

Baca juga: BKSDA Jakarta tekankan sinergi untuk restorasi mangrove SM Muara Angke

Baca juga: BKSDA Jakarta ajak warga lestarikan habitat mangrove di pesisir Jakut


"Tumbuhan-tumbuhan invasif itu kalau air lautnya asin tidak akan tumbuh, tapi karena tawar tumbuhnya sangat agresif," jelas Nani.

Lebih lanjut ia memaparkan tumbuhan invasif itu menutupi sebagian besar area kawasan hutan mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke.

Menurut dia rumput malela yang bisa tumbuh di bawa tegakan membuat biji mangrove yang seharusnya jatuh langsung ke lumpur justru terhalang oleh tumbuhan invasif tersebut.

"Akhirnya gagal berkecambah. Itu yang menyebabkan regenerasi mangrove terganggu. Selain menggangu regenerasi mangrove, tumbuhan invasif itu juga menyebabkan pendangkalan yang mengganggu sirkulasi air," ujar Nani.

"Tumbuhan invasif itu juga mengurangi akses burung air untuk makan. Padahal di bawah perairan itu ada ikan yang bisa ditangkap burung air. Bahkan, pengelolaan juga terpengaruh karena banyak lokasi yang tidak bisa diakses menggunakan perahu akibat terhalang tumbuhan invasif tersebut," imbuhnya.

Lebih lanjut Nani menyampaikan bahwa BKSDA Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi mengoptimalkan pertumbuhan pohon mangrove, di antaranya membersihkan tumbuhan invasif agar tersedia ruang bagi pohon mangrove untuk melakukan regenerasi secara alami.

Kegiatan normalisasi juga dilakukan melalui pelebaran dan memperdalam sungai agar air laut bisa masuk ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke.

"Kami melakukan penanaman agar ruang-ruang kosong yang menjadi tempat berkembangnya tumbuhan invasif itu terisi oleh pohon mangrove yang akhirnya tumbuhan invasif terhalang kesempatannya untuk tumbuh," kata Nani.

BKSDA Jakarta mencatat luas kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke mencapai 25,02 hektare dengan angka kerapatan mangrove di bawah 1.000 pohon per hektare. Kegiatan penanaman terus dilakukan sebagai upaya meningkatkan kerapatan populasi mangrove di kawasan tersebut.

Manajer Perencanaan Spasial YKAN Yusuf Fajariyanto mengatakan pihaknya memanfaatkan tumbuhan invasif itu sebagai substrat alami yang dapat mempercepat pertumbuhan pohon mangrove.

Tumbuhan invasif dikumpulkan dan ditutup dengan terpal atau daun nipah kering agar membusuk dan menjadi pupuk alami. Lama proses pembusukan berlangsung hingga lebih dari satu bulan.

"Kami manfaatkan tumbuhan invasif untuk mempercepat perkembangan pohon mangrove. Langkah itu cukup efektif," pungkas Yusuf.

Baca juga: YKAN dan BKSDA dorong penguatan fungsi Suaka Margasatwa Muara Angke

Baca juga: Berjibaku merestorasi mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke


 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023