Selama 14 hari itu tidak ada gejala-gejala maka dinyatakan aman dan dikirim
Flores Timur (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, Nusa Tenggara Timur menegaskan bahwa puluhan ekor babi bantuan yang dikirim ke Flores Timur dan daerah lain adalah babi yang sudah melalui proses uji lab dan karantina selama 14 hari.

“Jadi memang betul bahwa saat wabahnya lagi melonjak ada aturan yang melarang antar pulaukan babi, tetapi tahun 2021 muncul instruksi terbaru dari gubernur NTT yang memberikan kelonggaran untuk pengiriman babi, tetapi dalam jumlah tertentu saja,” kata Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang, Yulius Umbu Hunggar dihubungi dari Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, Rabu.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan kasus kematian hewan babi di sejumlah kabupaten di NTT yang membuat khawatir sejumlah masyarakat di NTT khususnya peternak babi.

Dia mengatakan walaupun ada kelonggaran untuk pengiriman babi antar pulau, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika ingin mengantar pulaukan babi.

Untuk babi bantuan berjumlah 50 ekor untuk kabupaten Sikka dan Flores Timur itu kata dia, dikirim setelah melalui uji laboratorium dan dilakukan karantina selama 14 hari.

“Karena selama 14 hari itu tidak ada gejala-gejala maka dinyatakan aman dan dikirim ke daerah lain,” ujar dia.

Karena itu lanjut dia, jika ada warga yang mengirimkan babinya ke pulau lain, tetapi tanpa melalui uji laboratorium dan dilakukan karantina selama 14 hari, maka otomatis akan ditahan di pelabuhan.

Sementara itu terkait munculnya isu yang menyatakan bahwa babi-babi yang mati di sejumlah kabupaten itu karena virus African Swine Fever (ASF) yang berasal dari pakan ternak babi, Umbu mengatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi.

“Penyebaran virus itu bisa saja terjadi melalui media apa saja, baik melalui pakan ternak atau juga kebersihan kandang dan lainnya,” ujar dia.

Menurut dia, bisa juga pakan ternak yang diberikan itu adalah pakan ternak yang sudah tercampur dengan virus yang membahayakan ternak babi.

Karena itu lanjut dia, untuk pengawasan kesehatan babi, dan pencegahannya harus dimulai dari si pemilik babi itu sendiri. Untuk pakan ternak juga kata dia, semuanya masih berasal dari wilayah NTT sendiri.

Baca juga: 4.888 ekor babi di NTT mati akibat virus ASF

Baca juga: Ratusan ekor babi milik warga di Flores Timur mati mendadak

Baca juga: Disnak NTT : Sudah 233 Babi mati mendadak

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023