Bandung (ANTARA News) - Sebelas korban yang terkubur hidup-hidup pada Sabtu pagi (13/5) di galian C (pasir) Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung berhasil ditemukan tim penolong, dan proses evakuasi para korban berlangsung hingga Minggu dinihari. Keterangan yang dihimpun ANTARA News di lokasi kejadian pada Minggu siang menyebutkan, satu korban berhasil ditemukan dan dievakuasi pada Sabtu sore dan sepuluh korban pada Sabtu malam hingga Minggu dinihari. Kesebelas korban dimaksud adalah supir truk Ujang Sutarsa (35) serta kernet truk Ajid Hidayatullah (22), dua Operator Beco yaitu Amud (23) dan Heri Hermawan (25), empat mekanik Beco yaitu Ikhsan (40), Erwin (20), Nur (50), dan Suhendi (19), petugas keamanan Nano Taryano (42), penjaga Genset Ujang Gembol (52), dan seorang penggali pasir bernama Undang (45). Operator Beco, Heri Hermawan, warga Desa Cempaka Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung lebih awal ditemukan, yakni hari Sabtu sekitar pukul 17.15 WIB, dan adiknya, Suhendi, terakhir ditemukan Minggu dinihari sekitar pukul 00.40 WIB. Seluruh korban langsung dibawa ke rumah duka, dan baru disemayamkan pada Minggu pagi. Kesebelas pekerja tersebut terkubur hidup-hidup pada Sabtu pagi sekitar pukul 08.30 WIB setelah bukit galian pasir milik PT Perkebunan Nyalindung setinggi 20 meter di Kampung Cibarengkok, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung longsor menimpa para pekerja tersebut. Ikut terkubur dalam reruntuhan setebal 12 meter itu tiga alat berat beco, satu colt bak terbuka, satu truk tronton pengangkut pasir dan satu mesin pengayak pasir. Zaenal (40), petugas keamanan PT Perkebunan Nyalindung mengungkapkan, sehari sebelumnya di daerah itu turun hujan lebat, sehingga diduga bukit sudah dalam keadaan labil. "Beberapa menit sebelum bukit longsor, sebenarnya ada longsoran kecil, namun oleh pekerja tidak dianggap sebagai pertanda datangnya longsor besar. Setelah itu seluruh bukit longsor sekaligus, dan menimbun semua pekerja yang berada di bawahnya," katanya. Ia menjelaskan, galian pasir itu telah beroperasi sekitar satu tahun dan mempekerjakan sekitar 20 orang, sementara jumlah pasir yang digali rata-rata 70 truk besar dan kecil untuk diangkut ke Bandung dan Jakarta. Menurut dia, tim penyelamat yang turun untuk mengevakuasi korban berjumlah seratus orang lebih, berasal dari Polres Cimahi, Polsek Cipatat, Dandim, dan PMI. Zaenal mengatakan, lamanya proses evakuasi adalah karena tim penyelamat tidak mengetahui secara pasti posisi para korban, dan mereka berusaha keras mencari korban di bawah tumpukan pasir. Ia bersyukur pada saat evakuasi tidak turun hujan, karena bila terjadi hujan, maka tim penolong akan lebih kesulitan untuk mencari para korban, terlebih dikhawatirkan akan muncul longsor susulan. Polres Cimahi sampai Minggu sore telah memeriksa lima orang saksi, terdiri dari tiga pekerja galian pasir yang selamat yaitu Asep, Alan, Edi serta dua pengelola galian pasir, yakni Holin dan Syamsudin. Sementara itu Ibunda Heri dan Suhendi (korban), Idah (45), mengaku sangat sedih karena ditinggal oleh kedua anaknya, apalagi kedua putranya itu merupakan tulang punggung keluarga. Idah mengatakan, dirinya tidak menyangka bahwa kedua anaknya harus meninggal secara bersamaan dan di tempat yang sama, yakni di lokasi dimana kedua anaknya bekerja. "Mungkin sudah takdir dari Allah SWT, ya.. kita `gak` bisa apa-apa lagi," katanya sambil berurai air mata.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006