Singapore (ANTARA) - Singapura pada Kamis mengumumkan akan menghapus hampir semua sisa pembatasan COVID-19 yang diberlakukan dalam tiga tahun terakhir.

Situasi pandemi di Singapura tetap stabil dalam beberapa bulan terakhir meski ada peningkatan perjalanan selama libur akhir tahun, musim dingin di belahan bumi bagian utara, dan keputusan China yang mencabut kebijakan nol-COVID-nya, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan.

"Oleh karena itu, kami dapat menghilangkan aturan COVID-19 yang tersisa, dan menetapkan normal baru endemi COVID-19," kata kementerian itu.

Pemerintah tidak akan lagi mewajibkan warga memakai masker di angkutan umum massal seperti kereta komuter dan bus, meski pengunjung dan pekerja di tempat pelayanan kesehatan tetap diwajibkan memakai masker.

Pemerintah juga akan menghapus aturan COVID-19 di perbatasan. Semua pengunjung yang masuk ke Singapura tidak akan lagi diwajibkan menunjukkan bukti tes negatif sebelum keberangkatan atau membeli polis asuransi perjalanan COVID-19.

Namun, banyak dari peraturan tersebut bisa diberlakukan kembali jika ada perkembangan yang mengkhawatirkan, seperti munculnya varian baru yang parah atau tanda-tanda bahwa kapasitas perawatan kesehatan mengalami tekanan, kata Kemenkes Singapura.

Satuan tugas lintas kementerian, yang dibentuk untuk merencanakan strategi negara kota itu dalam melawan COVID-19, akan dibubarkan.

"Kami mundur, tetapi seperti yang dikatakan banyak rekan saya di panel ini, kami akan terus menjaga kewaspadaan dan kesiagaan tingkat tinggi," kata Wakil Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong.

"Kami akan aktifkan dan menerapkan tindakan, tanggapan, dan struktur yang diperlukan sesuai situasi baru jika diperlukan."

Sumber: KYODO-OANA

Baca juga: Singapura diperkirakan akan hadapi gelombang baru COVID-19
Baca juga: COVID-19 mereda, Singapura cabut lebih banyak kebijakan perbatasan

 

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023