Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya manajemen pencatatan pemasukan dan pengeluaran dalam setiap kegiatan usaha yang dilakukan.

Hal itu disampaikan Jokowi saat berbincang dengan pelaku usaha penerima pembiayaan Bank Syariah Indonesia (BSI), dalam acara Penyerahan KUR 2023 dan Peluncuran Kartu Tani Digital untuk Pupuk Bersubsidi di Aceh Utara, Jumat.

Sebagaimana disaksikan secara daring dari Jakarta, pada kesempatan tersebut Jokowi mempersilakan sejumlah penerima pembiayaan maju ke atas panggung untuk berbincang.

Jokowi lalu bertanya kepada salah satu penerima pembiayaan, yakni pelaku usaha bengkel cat mobil bernama M Nasir, tentang besaran pembiayaan yang diperolehnya dari BSI.

“Dapat pembiayaan berapa dari BSI?” tanya Jokowi.

“Rp400 juta pak,” jawab Nasir.

“Rp400 juta? Kalau Pak Nasir ini mobilnya pasti banyak karena memang bengkel mobil. Pasti banyak (mobilnya),” seloroh Jokowi.

“Mobil orang tapi pak,” ujar Nasir tertawa.

“Ya tahu, tahu, tahu, tahu,” kata Jokowi.

Presiden kemudian bertanya sudah berapa kali Nasir mengajukan pembiayaan di bank, dan dijawab oleh Nasir sudah tiga kali.

“Sudah tiga kali ngambil, berarti sudah terbiasa. Pak Nasir ada pencatatan? Manajemen perusahaan ada pencatatan? Berapa dipakai beli cat, beli dempul, amplas lain-lain?” tanya Presiden lagi.

Nasir pun mengatakan dirinya selalu melakukan pencatatan setiap hari. Menurut Presiden Jokowi, pencatatan itu sangat penting dan patut dicontoh setiap pengusaha di setiap jenjang.

“Ini yang bagus, yang patut kita contoh. Semua tercatat lho. Hati hati, ini (pembiayaan) bukan uangnya bapak/ibu semuanya, (tapi) uang bareng-bareng dengan BSI. Jadi kalau tercatat bagus itu bisa mempelajari kekeliruan tahun kemarin apa, ketidakefisienannya ada di mana. Sehingga ketahuan semuanya,” kata Jokowi.

Presiden mengatakan pencatatan juga perlu dilakukan terhadap para konsumen yang datang, sehingga pelaku usaha bisa mengetahui dari daerah mana saja konsumen yang datang.

“Pencatatan konsumennya siapa, oh konsumennya ternyata banyak yang dari Bireun, oh konsumennya banyak dari Bener Meriah, oh konsumennya banyak dari Gayo Lues, oh konsumennya banyak dari Lhoksumawe, kelihatan semuanya. Itu pentingnya yang namanya manajemen di situ. Saya ingatkan,” kata Presiden.

Presiden kemudian mendapatkan informasi dari Nasir bahwa pembiayaan yang diperolehnya berjenjang. Di awal mengajukan pembiayaan, Nasir hanya mendapatkan Rp200 juta, kemudian meningkat menjadi Rp300 juta pada pengajuan berikutnya dan seterusnya hingga saat ini memperoleh Rp400 juta.

Jokowi mengatakan pembiayaan berjenjang seperti itu sangat bagus. Menurutnya, pelaku usaha yang baru pertama kali mengajukan pinjaman hendaknya tidak tergesa-gesa mengajukan pembiayaan dengan jumlah besar. “Ini yang bagus. Jangan tahu-tahu ke BSI pertama langsung dapat Rp500 juta, itu bahaya. Yang bagus itu naik kelas, dari SD, SMP, SMA, Universitas, nah nanti S1, S2, S3, baru. Jadi akarnya kuat,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan dirinya juga pernah mengalami mengajukan pembiayaan saat masih merintis usaha. Presiden pernah meminjam di bank dengan pinjaman Rp10 juta, kemudian naik menjadi Rp30 juta dan seterusnya.

“Naik terus pelan-pelan. Jangan tergesa-gesa. Saya senang dapat cerita dari Pak Nasir bahwa (pinjaman) 200, 300, 400, bagus. Ya terima kasih Pak Nasir,” kata Jokowi kemudian memberikan hadiah sepeda kepada Nasir dan berfoto bersama.

Baca juga: Jokowi minta komitmen cari solusi pasokan gas pabrik pupuk di Aceh

Baca juga: Jokowi ingatkan pembiayaan dari bank bukan untuk "gagah-gagahan"


Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023