Aleppo (ANTARA) - Selama sepekan terakhir setelah gempa dahsyat mengguncang Suriah, negara yang sudah hancur akibat perang, badan-badan amal setempat bekerja dengan kapasitas penuh untuk membantu orang-orang yang menderita akibat gempa mematikan tersebut.

Saed Initiative merupakan salah satu badan amal yang bekerja di Suriah selama bertahun-tahun, dengan tujuan untuk membantu orang-orang yang terdampak perang yang telah berlangsung 11 tahun di negara itu.

Biasanya, mereka bekerja pada berbagai kesempatan seperti bulan suci Ramadhan, memberikan makanan gratis untuk berbuka puasa, tetapi kini mereka menghadapi tugas besar yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

Pascagempa bumi di Suriah, Saed Initiative memutuskan untuk membuat dapur amal yang akan memberikan makanan gratis sepanjang tahun.

Kelompok tersebut mendistribusikan sebanyak 2.500 hingga 4.000 porsi makanan per hari di Aleppo, dan mereka berencana meningkatkan kapasitasnya agar dapat mendistribusikan sebanyak 40.000 makanan per hari.

Isam Habbal, kepala Saed Initiative, mengatakan kepada Xinhua di dapur amal mereka yang ada di Aleppo bahwa warga Suriah menunjukkan solidaritas luar biasa selama krisis gempa ini saat setiap rumah mengirimkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.

"Ini merupakan kerja kolektif yang memberikan pelayanan bagi komunitas kami. Tentu saja, ini menunjukkan betapa kuatnya komunitas kami. Pada suatu waktu, sebelum pesawat bantuan tiba, setiap rumah mengirimkan bantuan, baik itu pakaian, obat-obatan, atau makanan dan uang," tuturnya.

Dia mengatakan bahwa warga Suriah "membuktikan kepada dunia dan diri sendiri, yang merupakan hal terpenting, bahwa kami semua adalah satu, tidak dipisahkan oleh kota-kota."

Di dapur amal itu, para sukarelawan bekerja keras. Beberapa orang memotong sayuran, sementara yang lain memasak nasi, dan banyak orang lainnya mengemas kotak makanan ke dalam mobil untuk diantar ke tempat-tempat pengungsian.

Habbal mengatakan bahwa kelompoknya di Aleppo memiliki 150 sukarelawan yang bekerja sepanjang waktu untuk memastikan tersedianya paket makanan bagi masyarakat.

Di tempat lain di Aleppo, badan amal lainnya turut menyediakan makanan bagi para pengungsi.

Eyad Abazid, seorang anggota dewan amal al-Bir dan al-Ihsan, mengatakan kepada Xinhua bahwa sejumlah badan amal lokal memikul tugas penting untuk membantu rakyat Suriah meskipun ada bantuan dari luar negara itu.

Dia menekankan betapa pentingnya badan-badan amal lokal dalam menghadapi berbagai kesulitan, mengatakan pekerja kemanusiaan dari luar negeri datang dan pergi. Setelah semua ini berlalu, masyarakat di negara ini tetap bersama, jadi mereka harus saling membantu.

Abazid mengatakan badan amalnya mendistribusikan 1.500 makanan setiap hari.

"Sebanyak apa pun bantuan luar negeri yang kami terima, kami harus terus bersama karena keluarga-keluarga kamilah yang terdampak. Kami harus mempertahankan momentum saling membantu ini," ujarnya.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) belum lama ini mengatakan bahwa gempa bumi di Suriah menyebabkan 5,3 juta orang kehilangan tempat tinggal. Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa itu bertambah menjadi 1.414 jiwa dan 2.349 orang mengalami luka-luka.

Lembaga pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights) mengatakan gempa itu menewaskan lebih dari 5.300 orang di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak dan pemerintah di Suriah.

Mereka juga memperkirakan jumlah korban tewas akan bertambah menjadi sebanyak 7.000 jiwa lantaran banyaknya orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023