Jombang (ANTARA) - Para kiai sepuh berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dalam tasyakuran 1 Abad NU dan doa untuk muassis-masyayikh Nahdlatul Ulama yang digelar PBNU.

Ketua PBNU yang juga juru bicara acara ini, Alissa Qotrunnada Munawaroh, mengemukakan perhelatan ini menjadi forum para kiai, khususnya yang berada dalam struktur jamiah NU.

"Jika beberapa waktu lalu (7 Februari 2023, red.) adalah perayaan bagi jamaah maka forum sekarang ini adalah forumnya jamiah. Pesertanya sebagian besar para pengurus NU," katanya di Jombang, Kamis malam.

Ia mengatakan setidaknya ada tiga agenda utama dalam kesempatan ini. Pertama, kirim doa untuk para muassis (pendiri) dan masyayikh (sesepuh) NU sebagai wujud terima kasih atas limpahan berkah satu abad organisasi ini. Kedua, syukuran ulang tahun ke-100. Ketiga, penyampaian harapan para kiai sepuh NU di abad kedua ini.

Harapan-harapan tersebut, kata dia, akan dicatat dan menjadi acuan penting bagi PBNU dalam mengelola organisasi untuk masa khidmat 2022-2027.

"PBNU akan menindaklanjuti dengan memilah mana yang merupakan fundamen, mana yang masuk kategori strategi, dan mana yang mesti masuk menjadi bagian dari program prioritas NU ke depan," kata dia.

Baca juga: PBNU akan menggelar tasyakuran 1 Abad NU di Pesantren Tebuireng

Ia menjelaskan pemilihan lokasi Pesantren Tebuireng dalam acara ini karena di pesantren ini, pendiri NU Hadratussyekh K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari dimakamkan bersama para kiai sepuh lainnya.

Dijelaskan, tanpa mengurangi takzim pada para pendiri NU di daerah lain, Tebuireng simbol tentang semangat kembali ke akar.

"Tebuireng adalah setrumnya NU. Inilah tempat yang paling tepat," kata dia.

Acara itu dimulai dengan pembacaan tahlil dan istighatsah di area makam keluarga Tebuireng, tempat K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari, K.H. Abdul Wahid Hasyim, dan K.H. Abdurrahman Wahid dikebumikan. Pembacaan tahlil dan istighatsah tersebut dipimpin K.H. Masduki Abdurrohman Al Hafiz dan K.H. Muhammad Idris Hamid.

Ia menyebut sekitar 400 peserta, termasuk para kiai sepuh, yang merupakan jajaran mustasyar dan syuriah PBNU dan PWNU se-Pulau Jawa. Namun, acara ini digelar secara tertutup.

Baca juga: NU dan spirit menjaga bangunan keindonesiaan

Sejumlah ulama yang hadir, di antaranya K.H. Nurul Huda Djazuli, K.H. Anwar Manshur, K.H. Anwar Iskandar, K.H. Ali Akbar Marbun, K.H. Cholil As'ad Syamsul Arifin, K.H. Abdullah Ubab Maimoen, Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, dan Katib Aam PBNU K.H. Akhmad Said Asrori.

Hadir pula K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang juga menyampaikan sambutan dan harapan secara daring melalui aplikasi Zoom.

Selain digelar di level pusat, peringatan hari lahir satu abad NU juga semarak di tingkat kepengurusan wilayah dan cabang NU di berbagai daerah di Indonesia.

"Jika ada peringatan-peringatan serupa, itu wajar karena memang PBNU mengimbau struktur NU di semua tingkatan untuk menyemarakkan momen satu abad NU. Bentuk kegiatannya pun beragam," kata Alissa yang juga putri sulung K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Baca juga: 1 abad NU dan kebangkitan ekonomi umat
Baca juga: KH Marsudi: Satu abad NU rasa syukur bagi Bangsa Indonesia
Baca juga: PCINU Tiongkok luncurkan buku sambut satu abad NU

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023