Ajay diperlengkapi secara unik untuk memimpin Bank Dunia pada saat kritis dalam sejarah ini
Washington (ANTARA) - Presiden AS Joe Biden menominasikan mantan CEO Mastercard Inc Ajay Banga untuk memimpin Bank Dunia, mempertaruhkan hubungan eksekutif kelahiran India itu dengan sektor swasta dan pasar negara berkembang saat akan memulai perombakan lembaga berusia 77 tahun itu untuk mengatasi perubahan iklim dengan lebih baik.

Pencalonan oleh Biden pada Kamis (23/2/2023) atas Banga, 63, yang sekarang menjadi warga negara AS, memastikan dia akan mengambil pekerjaan yang mengawasi pendanaan miliaran dolar, ketika berlomba untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim.

Bank Dunia (WB) pada Rabu (22/2/2023) mengatakan akan memilih presiden baru pada awal Mei untuk menggantikan David Malpass, yang mengumumkan pengunduran dirinya minggu lalu setelah berbulan-bulan kontroversi yang dipicu oleh penolakan awalnya untuk mengatakan apakah dia menerima konsensus ilmiah tentang perubahan iklim, dan tekanan dari Menteri Keuangan Janet Yellen agar dia mengadopsi reformasi yang "lebih berani".

"Saya pikir kecepatan pencalonan, kurang dari 48 jam setelah dewan WB meluncurkan prosesnya, mencerminkan keinginan untuk mencegah penantang mana pun dan menyelesaikannya dengan cepat," kata Scott Morris, rekan senior di Center for Global Development dan seorang mantan pejabat Departemen Keuangan AS.

Biden mencatat pengalaman Banga selama puluhan tahun membangun perusahaan global dan kemitraan publik-swasta untuk mendanai tanggapan terhadap perubahan iklim dan migrasi, serta mengatakan dia memiliki rekam jejak yang terbukti bekerja dengan para pemimpin global.

"Ajay diperlengkapi secara unik untuk memimpin Bank Dunia pada saat kritis dalam sejarah ini," kata Biden dalam sebuah pernyataan, memuji akar eksekutif bisnis India itu dan pengetahuan tentang tantangan yang dihadapi negara-negara berkembang dan kemampuan untuk memobilisasi modal swasta buat mengatasi masalah-masalah besar, dikutip dari Reuters.

Pekerjaan Banga di India dan pasar negara berkembang lainnya, "obsesinya" untuk memperluas inklusi keuangan, dan pengetahuannya yang mendalam tentang teknologi baru dapat membantu menjembatani kesenjangan antara negara kaya dan pasar negara berkembang, kata Luis Alberto Moreno, yang bekerja sama dengan Banga saat menjabat sebagai presiden Bank Pembangunan Inter-Amerika.

"Dia benar-benar bisa menjadi kekuatan untuk perubahan," kata Moreno, mencatat bahwa Banga mendapat kepercayaan dari pasar keuangan.

India diharapkan mendukung pencalonan Banga, menurut Krishnamurthy Subramanian, mantan penasihat ekonomi utama pemerintah India yang sekarang menjabat sebagai direktur eksekutif India di Dana Moneter Internasional (IMF). "Ini solusi yang elegan."

Bank Dunia tersebut secara historis dipimpin oleh seseorang dari Amerika Serikat, pemegang saham terbesarnya, sementara seorang Eropa mengepalai Dana Moneter Internasional, tetapi negara-negara berkembang dan emerging markets telah mendorong untuk memperluas pilihan tersebut.

Nominasi Banga adalah yang pertama diumumkan, tetapi bank akan menerima nominasi dari negara anggota lain hingga 29 Maret. Jerman, pemegang saham utama lainnya, minggu ini mengatakan pekerjaan itu harus diberikan kepada seorang wanita karena bank tersebut tidak pernah dipimpin oleh seorang wanita.

Seorang pejabat senior pemerintahan AS mengatakan mereka tidak tahu apakah negara lain akan mencalonkan kandidat untuk jabatan itu.

Ditanya tentang keputusan Washington untuk tidak mencalonkan seorang wanita, pejabat itu mengatakan Banga memiliki "keyakinan pribadi dan rekam jejak yang sangat baik dalam mempromosikan keragaman, kesetaraan, dan inklusi dalam pekerjaan yang dia lakukan" dan akan membawa pandangan itu ke bank.

Tetapi Jeff Hauser, yang mengepalai Revolving Door Project yang progresif, menuntut Biden mencabut pencalonan pejabat tinggi dari "perusahaan ekuitas swasta internasional yang rakus" yang sebelumnya hanya bekerja di perusahaan sektor swasta.

"Baik ekuitas swasta, atau MasterCard, atau Citigroup, atau PepsiCo, atau Nestlé, atau Dow tidak mempromosikan kemakmuran bersama. Mereka semua lebih memperburuk ketidaksetaraan daripada melawannya," katanya dalam sebuah pernyataan.

Oxfam International mengatakan presiden bank berikutnya harus dipilih melalui proses global yang transparan. "Bank Dunia bukanlah bank AS, bank komersial, atau firma ekuitas swasta. Untuk pekerjaan sebesar ini, kami membutuhkan lebih dari sekadar tepuk tangan dari Presiden Biden."

Baca juga: Dewan eksekutif Bank Dunia bergerak maju pilih presiden berikutnya
Baca juga: Bank Dunia: Sistem kerja fleksibel dorong perempuan bekerja
Baca juga: David Malpass mengejutkan dengan tinggalkan Bank Dunia lebih awal

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023