Bintan, Kepulauan Riau (ANTARA) - Nelayan di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau mulai banyak memanfaatkan kelong (alat tangkap ikan) apung sebagai destinasi wisata untuk menambah penghasilan mereka.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan Arif Sumarsono di Bintan, Sabtu, mengatakan, lebih dari 30 orang nelayan di daerah tersebut menyediakan satu kamar besar yang berisi 3-4 tempat tidur di kelong apung.

Kamar tersebut untuk para wisatawan yang ingin bermalam di tengah laut dengan menggunakan kelong apung.

"Kelong apung dengan berbagai fasilitas untuk wisatawan ini sebenarnya sejak sebelum pandemi COVID-19 sudah ada, namun belum banyak. Kini bisnis itu mulai digeluti puluhan orang nelayan sebagai sumber pendapatan baru yang menjanjikan," katanya.

Arif mengatakan kelong merupakan alat tangkap ikan yang dipergunakan nelayan tradisional secara turun-temurun. Kelong apung memiliki keunikan tersendiri karena memiliki lantai berupa susunan papan dan kayu, yang dilengkapi dengan dapur dan kamar.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan pada tahun ini akan menyelenggarakan festival pariwisata di atas kelong apung saat musim angin utara untuk menarik kunjungan wisatawan domestik dan wisman.

Ketika musim angin utara, kata dia gelombang laut tinggi disertai angin kencang sehingga nelayan tidak melaut akibatnya ratusan kelong apung pun tidak berlayar sehingga nelayan tidak memperoleh penghasilan.

Sementara itu, pemberdayaan kelong apung di bibir pantai untuk kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberi dampak positif terhadap usaha mikro kecil menengah.

"Di atas kelong apung, pelaku UMKM dapat berjualan, dapat pula dijadikan sebagai pentas kesenian," ucapnya.

Marsum, seorang nelayan tradisional Bintan yang memanfaatkan kelong apung sebagai destinasi wisata sejak setahun lalu. Wisatawan yang tertarik bermalam di kelong apung dikenakan biaya Rp250.000 per orang.

Namun tidak setiap hari ada wisatawan yang menginap di kelong apung miliknya. Rata-rata wisatawan yang bermalam di kelong apung tersebut memiliki hobi memancing ikan.

Kebanyakan wisatawan berasal dari Kota Tanjungpinang dan Batam. Mereka juga senang dapat menikmati makan malam dengan menu utama dari ikan hasil jaring atau pancing, yang dimasak di atas kelong apung.

Wisatawan yang tidak mendapatkan ikan saat memancing juga bahagia karena pulang tidak dengan tangan kosong. Mereka mendapatkan oleh-oleh berupa ikan dan cumi-cumi segar.

"Kalau ada 3-4 orang wisatawan, penghasilan kami pun bertambah," katanya.

Asisten I Pemprov Kepri Tengku Said Arif Fadillah mengatakan kelong apung sejak musim angin utara Oktober 2022-Januari 2023 tidak beroperasi karena angin kencang dan gelombang tinggi.

Sementara pada Februari 2023, kadang-kadang nelayan mulai melaut dengan menggunakan kelong apung ketika cuaca tidak buruk.

Sebenarnya, kelong apung dipergunakan untuk menjaring ikan teri. Namun terkadang nelayan juga mendapatkan ikan jenis lainnya dan cumi-cumi.

Kelong apung ditarik oleh perahu menuju perairan yang diperkirakan memiliki banyak ikan. Biasanya, kelong parkir di perairan dengan kondisi batu karang yang masih baik.

Wisatawan yang menginap di kelong apung biasanya memiliki hobi memancing ikan dan menyelam.

"Kami apresiasi kreatifitas nelayan sekarang yang dapat memanfaatkan alat tangkap ikan secara maksimal untuk menambah pendapatan," ucap mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri itu.

Baca juga: Lebaran, kelong apung di Bintan diburu turis lokal hingga asing
 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023