Jakarta (ANTARA) - Dibesarkan oleh kedua orang tua yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, Graciela Gabrielle Angeline tumbuh menjadi pribadi yang memiliki tanggung jawab besar.

Graciela Gabrielle juga tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri melalui berbagai pengalaman hidupnya mendampingi kedua orang tua yang menyandang disabilitas tunanetra tersebut.

Salah satu tantangan bagi penyandang tunanetra adalah beraktivitas di ruang publik. Melalui Apple Developer Academy, yang mempertemukannya dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, Graciela pun mulai membangun aplikasi bernama PetaNetra.

“PetaNetra merupakan aplikasi pertama di Indonesia yang membantu para disabilitas tunanetra untuk dapat bernavigasi dengan lebih mudah dan nyaman di ruang publik,” kata Grace, panggilan akrab Graciela Gabrielle, yang merupakan Co-Founder dan CMO PetaNetra dalam konferensi interaktif TEDx Youth yang diselenggarakan Sinarmas World Academy (SWA) di Tangerang Selatan, Banten.

Hal itu sesuai dengan visi PetaNetra, yaitu memberikan hak yang sama untuk setiap penyandang disabilitas untuk bernavigasi secara mandiri tanpa bantuan pihak lain.

Chief of Product Officer PetaNetra, Felicia Stevanie U, mengatakan aplikasi itu tercipta untuk memudahkan kehidupan teman disabilitas tunanetra. Setelah melakukan riset, pihaknya menemukan bahwa teman tunanetra adalah target yang paling dekat, karena orang tua Grace merupakan penyandang tunanetra.

Faktor yang semakin mendorong lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Binus itu untuk mengembangkan PetaNetra hingga saat ini. Tujuannya agar dapat membantu teman-teman tunanetra lainnya.

Dalam mengembangkan aplikasi itu bukan berarti tak memiliki kendala. Tantangan utamanya adalah dalam melakukan tes pengguna untuk mendapatkan umpan balik langsung dari pengguna. Pasalnya, aplikasi itu dikembangkan saat pandemi COVID-19 dan pihaknya kesulitan untuk membuat janji temu dengan teman-teman tunanetra karena kebanyakan dari mereka masih takut untuk melakukan tatap muka.

Kendala itu bisa diatasi dengan bantuan dari komunitas tunanetra yang mau merekomendasikan teman-teman tunanetra yang tertarik dengan aplikasi yang sedang dikembangkan dan bersedia untuk mencoba aplikasi secara langsung bersama tim pengembang.

Dalam waktu dekat, aplikasi dalam versi Alpha akan diluncurkan di Gedung Yayasan MitraNetra, Jakarta, Selasa (28/2/2023). Selain itu, tim tersebut juga sedang mencari beberapa kegiatan yang akan ditujukan bagi teman-teman tunanetra untuk dipetakan, sehingga bisa mendapatkan umpan balik secara massal untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi, sebelum meluncurkan versi Beta.

Tim pengembang juga melibatkan komunitas-komunitas tunanetra, seperti Perkumpulan Tuna Netra Kristiani Indonesia (PETKI) dan Yayasan MitaNetra untuk menjangkau teman- teman tunanetra. Selain itu tim juga sedang melakukan kerja sama dengan TransJakarta agar bisa memetakan halte-halte bus yang ramah bagi penyandang disabilitas. Ke depannya tim itu akan bekerja sama dengan penyelenggara acara untuk tunanetra, pemilik gedung lainnya, serta pihak Pemerintah.

Disinggung mengenai perhatian pemangku kepentingan pada tunanetra, pihaknya melihat sudah ada perhatian Pemerintah pada penyandang tunanetra dengan memasang guiding block untuk membantu mereka berjalan di trotoar. Akan tetapi hingga kini masih banyak pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar dan menutupi guiding block itu. Terkadang benda itu juga tertutup kendaraan yang sedang parkir di trotoar.

Masyarakat juga dinilai belum sepenuhnya memahami orientasi mobilitas dalam memandu teman-teman tunanetra, sehingga niat baik untuk membantu tersebut terkadang malah mempersulit mereka, misalnya dengan ditarik atau diteriaki.

Pengembang aplikasi itu berharap melalui PetaNetra, tunanetra dapat bermobilitas secara mandiri dan membantu meningkatkan kesejahteraan hidup mereka sendiri.


Konferensi interaktif

Selain PetaNetra, juga hadir pembicara lainnya dalam konferensi tahunan yang mengusung tema “Empowering Inner Self: Be Relevant, Resonant, and Radiant” tersebut. Pembicara lainnya itu, di antaranya, Menkominfo 2014-2019 Ruadiantara, Pendiri dan CEO MAKNA Group Ernanda Putra, Pendidik Vishal Dasani, Manajer Program Energi Terbarukan Nexus Renaldo Sutjiady, Co-Founder Duckie Land Febrian Pottanobu, Pendiri dan CEO Haloka Group Stephanie Regina, dan Direktur dan Head of Global Markets UOB Indonesia Sonny Samuel.

Menkominfo periode 2014-2019 Rudiantara mengatakan kontribusi digital ekonomi masih kurang dari 10 persen. Digital ekonomi di Indonesia masih berasal dari UMKM, namun mereka hanya menggunakan digital ekonomi sebagai platform transaksional.

Apa yang menjadi tantangan saat ini, adalah bagaimana usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat menjadi produsen, karena saat ini transaksi produk yang berlangsung di loka pasar masih berasal dari negara lain.

Oleh karena itu, Rudi mendorong generasi muda di Indonesia untuk menjadi pengusaha UMKM yang dapat memaksimalkan teknologi digital dan menciptakan produk yang memanfaatkan teknologi digital.

Co-principal Sinarmas World Academy, Alexander mengatakan TEDxYouth 2023 merupakan kesempatan dan wadah bagi seluruh komunitas dalam mengembangkan kreativitas sesuai dengan jati diri masing-masing.

“Berbagai pembicara profesional membagikan pengalaman hidup mereka yang dapat menginspirasi kita bagaimana memberdayakan diri dan memberikan perubahan bagi lingkungan sekitar kita,” kata Alexander.

Konferensi interaktif itu diharapkan dapat menginspirasi setiap individu untuk dapat memberdayakan diri dengan lebih baik serta menjadikan diri lebih relevan dengan perkembangan dunia modern melalui pengalaman yang dibagikan para pembicara dari berbagai latar belakang dan spesialisasi yang berbeda.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023