Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyatakan revitalisasi posyandu sebagai bagian dari transformasi layanan primer membantu tim pendamping keluarga (TPK) milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencegah stunting pada anak lebih optimal.

“TPK ini sudah pasti akan berhubungan dengan posyandu, karena mereka mendampingi keluarga yang berisiko stunting,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.

Ia menuturkan posyandu sebuah lembaga di desa, di mana tiap kegiatan secara mendetail akan langsung bersentuhan dengan masyarakat desa. Indonesia saat ini telah memiliki sekitar 300 ribu posyandu dan 10.000 puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Posyandu menjadi tempat untuk mendata semua pengukuran tumbuh kembang anak mulai dari berat badan hingga tinggi badannya. Setiap data akan di data di sana, sehingga TPK akan melekat di dalamnya, terlebih jika dikaitkan dengan percepatan penurunan angka stunting di Indonesia yang baru turun menjadi 21,6 persen pada 2022.

Melalui posyandu, para TPK bisa memantau langsung kondisi kesehatan keluarga, di luar kunjungannya secara dari rumah ke rumah di sekitar area perumahan warga sekitar.

“Kita ingin TPK menyatu dengan posyandu. Saling berinteraksi dan menyelesaikan masalah untuk anak-anak berisiko stunting. Yang terbaik, TPK harus terintegrasi juga dengan posyandu,” katanya.

Baca juga: BKKBN minta tiap TPK dampingi 21 keluarga berisiko stunting di Bali

Dalam melangsungkan transformasi layanan kesehatan primer, TPK juga akan semakin terbantu karena posyandu akan membagi tiap programnya berdasarkan siklus kehidupan seseorang, sehingga pemberian layanan semakin maksimal dan rinci.

Bagi siklus ibu hamil dan balita misalnya, Kemenkes mulai membagikan alat antropometri untuk mengukur tumbuh kembang bayi ke seluruh posyandu, supaya semua data dapat diukur secara baik dan sesuai standar yang sama.

Hal lain yang disediakan adalah adanya pemeriksaan deteksi dini seperti pemeriksaan gula darah hingga pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) guna mengetahui adanya anemia pada perempuan.

Sesuai dengan fungsi posyandu, nantinya bersama para kader yang telah diperkuat kompetensinya keluarga akan mendapatkan sosialisasi seperti bahaya stunting atau penjelasan terkait buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Maria menambahkan posyandu merupakan ujung tombak dari pengentasan stunting dan pemantauan kesehatan keluarga.

Sebab, katanya, posyandu menjadi tempat deteksi pertama kalinya anak terindikasi stunting melalui tumbuh kembangnya.

Dengan demikian, baik TPK maupun para kader harus bersentuhan langsung dengan tiap keluarga dan mempunyai kompetensi yang sesuai standar, supaya semua anak bangsa dapat lahir sehat dan berkualitas.

“Dia (posyandu, red.) merupakan ujung tombak agar dia bisa intervensi anak-anak (stunting, red.) yang berat badannya tidak naik sesuai umurnya,” katanya.

Baca juga: BKKBN bekali TPK ilmu surveilans untuk lakukan deteksi dini stunting
Baca juga: BKKBN pastikan pelatihan TPK perkuat pendampingan bagi keluarga
Baca juga: Kepala BKKBN minta pelatihan bagi TPK rampung pada Maret 2023


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023