Hong Kong (ANTARA) - Petinggi Gereja Katolik Roma di Hong Kong, Uskup Stephen Chow, akan berkunjung ke Beijing dalam kunjungan pertama uskup daerah tersebut setelah hampir 30 tahun.

Keuskupan Hong Kong pada Kamis (9/3) mengeluarkan pernyataan bahwa Uskup Chow akan melangsungkan lawatan selama lima hari ke Beijing pada 17 April atas undangan Uskup Agung Beijing, Joseph Li Shan.

Kunjungan tersebut menegaskan misi untuk menjadikan Keuskupan Hong Kong sebagai jembatan dan mendukung interaksi positif antara kedua belah pihak, kata Chow.

Seorang juru bicara keuskupan pada Jumat mengonfirmasi kepada Reuters bahwa kunjungan Uskup Hong Kong ke Beijing tersebut akan menjadi yang pertama sejak 1994, ketika Hong Kong masih menjadi koloni Inggris.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pihaknya tidak tahu-menahu terkait rencana kunjungan Chow, yang ditunjuk Paus Fransiskus sebagai Uskup Hong Kong pada Mei 2021.

Hong Kong selama beberapa dasawarsa telah menjadi tempat berpijak umat Katolik di pinggir China Daratan yang diperintah Partai Komunis China yang secara resmi ateis, dan oleh sebagian umat Katolik dianggap sebagai penyebab ketegangan hubungan Vatikan dengan Beijing.

Pejabat Vatikan mengatakan bahwa Hong Kong bukan bagian dari persetujuan sementara tahun 2018 yang rahasia antara Takhta Suci dan Beijing terkait penunjukan uskup.

Persetujuan tersebut adalah salah satu upaya memulihkan perpecahan antara umat Katolik yang terus setia pada kepemimpinan Paus di Vatikan dengan Gereja yang diakui negara. Berkat persetujuan tersebut, kedua belah pihak kini setuju mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Walau begitu, beberapa pendeta dan misionaris lokal mengungkapkan kekhawatirannya bahwa otoritas China sedang berusaha mengetatkan kontrol atas kaum Katolik di Hong Kong, terutama setelah persetujuan tersebut diperpanjang dua tahun lagi Oktober lalu.

Sementara itu, Kardinal Joseph Zen, salah satu pendahulu Chow dan pengkritik persetujuan antara China dan Vatikan, telah divonis bersalah November lalu setelah gagal mendaftarkan penghimpunan dana untuk pengunjuk rasa demokrasi Hong Kong. Atas kesalahannya, ia didenda 4,000 dolar Hong Kong (Rp7,8 juta).


Sumber: Reuters
Baca juga: Taiwan sebut Vatikan jamin hubungannya dengan China perkara religius
Baca juga: Peretas asal China diduga curi informasi dari komputer milik Vatikan
Baca juga: Kota Terlarang China dan Vatikan coba "diplomasi seni"

 

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023