Pemerintah Israel masih belum memberikan tanggapan resmi terhadap pemulihan diplomatik Arab Saudi-Iran, yang ditengahi China dan diumumkan pada Jumat.
Pernyataan pejabat senior Israel itu dikutip para jurnalis diplomatik Israel yang mengikuti lawatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Roma, Italia.
Pejabat senior itu menyatakan pemulihan hubungan antara Riyadh dan Teheran dimulai sekitar setahun lalu dan mencakup kunjungan timbal balik.
Arab Saudi merasa posisi Barat terhadap Iran melemah, kata pejabat tersebut.
Meski demikian, keadaan itu tidak berdampak kepada Israel yang ingin menjalin hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, lanjutnya.
Posisi yang menentukan bagi Israel bukanlah hubungan formal Arab Saudi-Iran, melainkan posisi Barat terhadap Teheran, kata pejabat tersebut, seperti dikutip stasiun penyiaran publik Kan serta Reshet 13 News.
Netanyahu menyatakan dirinya menginginkan hubungan diplomatik penuh dengan Arab Saudi, sekaligus memperluas perjanjian normalisasi dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain --yang dimediasi AS.
Israel dan monarki Muslim Sunni di Teluk mengkhawatirkan program nuklir dan rudal Iran Syiah dan jaringan proksinya.
Namun meski merestui perjanjian yang dilakukan Uni Emirat Arab dan Bahrain, Arab Saudi belum membuka hubungan formal dengan Israel karena tidak adanya resolusi untuk sasaran pendirian negara Palestina.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Iran adalah "kegagalan yang sangat berbahaya bagi kebijakan luar negeri pemerintah Israel".
Sebelumnya, Netanyahu kembali berkuasa pada Desember sebagai kepala pemerintah berhaluan kanan setelah mengalahkan partai tengah, Lapid, pada pemilu 1 November lalu.
Sumber : Reuters
Baca juga: Arab Saudi desak Israel untuk "serius" atasi isu Palestina
Baca juga: Iran peringatkan Arab Saudi jangan 'ketergantungan' pada Israel
Menlu Retno: Indonesia tidak berniat buka hubungan dengan Israel
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023
