masyarakat yang pada saat itu sedang melakukan kerja bakti
Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut korban jiwa bencana longsor di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, tertimbun saat melakukan kerja bakti membersihkan lumpur.

Abdul dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin, menjelaskan intensitas hujan yang sangat tinggi sejak 25 Februari 2023 membuat lumpur menggelosor dari kawasan perbukitan dengan aliran air yang sangat besar.

Namun di tanggal 6 Maret 2023, masyarakat sekitar melakukan kerja bakti membersihkan lumpur di daerah terdampak, dengan asumsi cuaca cerah untuk berkegiatan.

"Tengah hari itu siang, longsor terjadi. Jadi banyaknya korban ini sebenarnya tidak hanya dari masyarakat yang rumahnya tertimbun, tapi masyarakat yang pada saat itu sedang melakukan kerja bakti," ujar Abdul.

Baca juga: BNPB: Longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor Indonesia
Baca juga: Dua jenazah ditemukan hari kedelapan pencarian korban longsor Serasan

Abdul mengatakan di Desa Pangkalan, rumah yang tertimbun longsor hanya 27 unit, sedangkan korban jiwa yang tertimbun terhitung lebih dari 50 orang yang sedang kerja bakti.

Sehingga menurut dia, lumpur yang menggelosor dari perbukitan sudah seharusnya menjadi pertanda alam yang perlu diwaspadai masyarakat. Terlebih pada saat curah hujan berintensitas tinggi, telah dilaporkan longsoran yang merembes ke dinding rumah warga.

"Sebenarnya yang menjadi tanda awal longsor itu kalau sudah ada rembesan air. Tapi kemudian, karena mungkin kurang informasi atau ketidaktahuan kita, rembes air dari tebing ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang perlu dihindari dalam melakukan kerja bakti, dan tidak lama 3-4 jam setelah itu, longsor terjadi," kata Abdul.

Baca juga: Pulau Serasan masih berpotensi longsor ketika hujan

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023