Lebak (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten membantu mempromosikan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masyarakat adat Badui untuk mendongkrak omzet pendapatan ekonomi.
 
"Kita hingga kini membina dan mempromosikan produk UMKM masyarakat Badui,"kata Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh di Lebak, Jumat.
 
Pemerintah Kabupaten Lebak membantu mempromosikan produk UMKM masyarakat Badui melibatkan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan stokholder lainnya guna meningkatkan omzet pendapatan ekonomi mereka.
 
Saat ini, produk UMKM masyarakat Badui kembali tumbuh dan berkembang pascapandemi COVID-19.
 
Untuk.itu, pihaknya gencar mempromosi produk UMKM masyarakat adat Badui melalui pameran-pameran pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat maupun Provinsi Banten.
 
Selain itu, pameran di luar daerah juga diikutsertakan , seperti pameran Investment, Trade & Tourism (ITT) dan Pekan Raya Jakarta, bahkan promosi ke luar negeri.
 
"Dengan promosi itu diharapkan pemasaran produk-produk UMKM Badui lebih luas dan dikenal masyarakat, sehingga dapat mendongkrak omzet pendapatan ekonomi,"kata Waseh.
 
Menurut dia, pemerintah Kabupaten Lebak juga melakukan pembinaan dan pelatihan digitalisasi terhadap pelaku UMKM masyarakat Badui.
 
Pemasaran melalui digitalisasi dalam jejaring (daring) secara daring tentu cukup membantu peningkatan omzet penjualan produk kerajinan masyarakat adat itu.
 
Saat ini, ujar dia, produk-produk kerajinan UMKM Badui sebagian besar sudah masuk ke ekosistem digitalisasi, seperti Facebook, Instagram, marketplace dan lainnya.
 
Pihaknya kini tengah melakukan pendataan pelaku UMKM masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak.
 
Pendataan itu, tentu memakan waktu satu bulan ke depan, karena petugas harus berjalan kaki masuk kampung ke luar kampung di kawasan Gunung Kendeng dengan topografi perbukitan dan pegunungan tanpa kendaraan.
 
Mereka petugas pendataan melakukan pencatatan produk kerajinan masyarakat Badui yang tersebar di 65 perkampungan.
 
Produk UMKM masyarakat Badui itu di antaranya kain tenun tradisional, selendang, lomar untuk ikat kepala, pakaian kampret, batik, tas koja yang terbuat dari akar pohon teureup, madu lebah, aneka suvenir, golok dan lainnya.
 
"Kami berharap produk UMKM Badui tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat," katanya.
 
Amir (35) seorang pelaku UMKM Badui mengatakan pihaknya berterimakasih kepada pemerintah daerah yang membantu promosi hingga pengembangan usaha masyarakat adat kini kembali berkembang dan omzet pendapatan cenderung meningkat dari ribuan kini mencapai jutaan rupiah/bulan.
 
Dengan bantuan promosi dan pelatihan digitalisasi itu,tentu permintaan cukup tinggi.
 
"Kami saat ini omzet penjualan naik sekitar tiga kali lipat melalui pemasaran digital itu," katanya menjelaskan.
 
Sementara itu, Meti (40) seorang perajin tenun Badui mengaku kini melayani permintaan pesanan sekitar 15-25 potong per minggu dengan harga Rp250.000 per potong.
 
Mereka para pembeli itu berasal dari Jakarta, Bandung hingga sejumlah kota di Tanah Air.
 
"Kami kewalahan melayani permintaan pesanan melalui digital media internet itu,padahal sebelumnya hanya laku dua sampai empat potong per minggu," katanya.
 
Mereka terbantu dengan memasarkan produk kerajinan masyarakat Baduy melalui situs www.belanja.com dan www.pasarcom yang mendapat banyak pesanan.
 
"Kami optimistis pemasaran melalui daring bisa diakses masyarakat untuk membeli produk kerajinan Badui," katanya.

Baca juga: Usaha kerajinan tenun warga Badui kembali menggeliat

Baca juga: Jokowi gunakan baju Badui kerajinan warga diperkirakan melonjak

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023