Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memastikan gempa tektonik yang terjadi pada Sabtu, pukul 05.55 WIB, dan sempat merusak beberapa bangunan dan menelan korban jiwa di Provinsi Yogyakarta, dampaknya dirasakan di Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tidak diikuti dengan Tsunami.
"Kalau memang Tsunami akan menghantam daratan, seharusnya sudah dapat dideteksi BMG pada 5-10 menit setelah gempa terjadi. Tapi `kan ternyata tidak ada gejala Tsunami, jadi bisa kami pastikan gempa tidak akan diikuti dengan Tsunami," kata Budi Waluyo, Kasubid Gempa BMG kepada ANTARA News, Sabtu.
Lebih lanjut dia menyebutkan setelah gempa yang tercatat mencapai 5,9 skala Richter pada pagi hari tadi, setidaknya 10 gempa susulan terjadi sejak pukul 08.00 WIB hingga berita ini diturunkan.
"Gempa susulan yang cukup keras terjadi pada pukul 08.07 WIB dengan skala 5,2 Richter," kata Budi.
Selain itu ia juga memastikan bahwa gempa yang terjadi di titik 8,26 LS dan 110,31 BT tersebut merupakan gempa teknonik dengan kedalaman 33Km di bawah permukaan laut dan terletak 37-40Km dari Kota Yogyakarta.
"Itu adalah gempa tektonik karena sifat getarannya menyebar dan dirasakan di berbagai wilayah," kata dia menjelaskan.
Apakah gempa tektonik di selatan Yogyakarta ini dapat mempengaruhi kondisi Gunung Merapi yang kini berstatus awas?
"Gempa ini tidak diakibatkan oleh aktifitas vulkanis Merapi, namun memang gempa dapat mempengaruhi Gunung Merapi karena masih ada kubah yang belum mengeluarkan lava," jawab Budi.
Secara umum, masih kata dia, kawasan selatan Pulau Jawa - termasuk Yogyakarta - memang sering terkena gempa tektonik.
"Karena gempa ini merupakan dampak dari pergeresan lempeng benua, yakni pergeresan Benua Australia yang bergerak ke utara dan bertemu dengan lempeng Benua Erasia (Eropa-Asia). Namun karena gempa-gempa yang terjadi selama ini tidak terlalu keras, maka masyarakat di Yogyakarta jarang merasakan kehadiran gempa tersebut," kata Budi.
"Hampir tiap hari BMG mencatat gempa bumi terjadi di seluruh Indonesia. Di Yogyakarta juga begitu, yang paling kuat mungkin pernah tercatat pada tahun 2000 silam," tambah dia.
Khusus kepada masyarakat yang berada di kawasan terkena gempa tadi pagi, Budi mengimbau agar mereka tidak kembali ke rumah atau bangunan yang telah rusak karena khawatir akan rubuh sewaktu-waktu.
"Kalau rumahnya sudah retak atau rusak, sebaiknya masyarakat jangan kembali ke dalam rumah. Tapi kalau rumahnya tidak kenapa-kenapa, maka silahkan kembali ke rumah dan beraktifitas normal," demikian Budi Waluyo.
Menyusul peristiwa gempa tektonik itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan mengunjungi Yogyakarta pada Minggu (28/5) esok.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006