Baghdad (ANTARA) - Presiden Irak Abdul Latif Jamal Rashid mengungkap bahwa krisis air di Irak mengancam keamanan pangan dan berisiko menimbulkan masalah besar bagi negaranya.

“Pengairan lintas batas tidak mampu mencukupi kebutuhan Irak dan penyusutan aliran air telah menyebabkan krisis air terparah dalam sejarah modern Irak,” kata Rashid saat berbicara di Konferensi Air 2023 di New York, Rabu (22/3).

Menurut Rashid, kekeringan yang semakin parah mengancam masyarakat dan perekonomian Irak.

Dia menjelaskan 40 persen wilayah Irak sedang terancam oleh proses penggurunan dan kian diperparah oleh kebijakan sejumlah negara tetangga yang dinilai terus menyebabkan berkurangnya sumber air alami.

“Kebutuhan air di Irak diperkirakan akan terus bertambah dalam 10 tahun ke depan seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk,” jelas Rashid.

Rashid meminta PBB untuk mengambil langkah serius dalam meminimalisasi dampak perubahan iklim di Irak.

“Irak sedang berkoordinasi dengan beberapa negara kawasan untuk menghadapi perubahan iklim dan kita harus bekerjasama melalui kesepakatan dan komitmen guna memastikan pembagian air yang adil,” kata Presiden.

Menurut dia, Irak tengah serius mengimplementasikan sebuah kebijakan dalam pengelolaan air dan masih terus mengembangkan sejumlah kebijakan lain yang efektif.

Mengutip laman resmi PBB, keamanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi di mana semua orang memiliki akses terhadap makanan yang cukup, aman, dan bernutrisi untuk menunjang kehidupan yang produktif dan sehat.

PBB menjelaskan bahwa kunci dari keamanan pangan adalah air, mengingat 70 persen air dunia digunakan untuk aktivitas pertanian yang menghasilkan sebagian besar produk pangan.

Sumber: NINA-OANA

Penerjemah: Tegar Nurfitra
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2023