Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Charles Honoris meminta pemerintah untuk mengintensifkan pengawasan makanan dan obat-obatan selama Ramadhan dan menjelang Lebaran Idul Fitri 1444 H. 

"Khususnya selama Ramadhan ini, kami berharap pemerintah lebih intens lagi melakukan pengawasan terhadap makanan dan obat-obatan yang beredar, khususnya di pasar-pasar," kata Charles, di Semarang, Rabu.

Hal tersebut disampaikannya saat kunjungan kerja pengawasan peredaran makanan dan minuman pada bulan Ramadhan di Pasar Peterongan Semarang.

Pengawasan yang intens, menurut dia, menjadi langkah preventif yang bisa dilakukan pemerintah, sebab ketika mendekati Lebaran maka permintaan masyarakat sudah semakin tinggi.

"Apalagi ketika sudah masuk masa Lebaran, ketika konsumsi makanan lebih tinggi. Makanya, kita berharap dari sekarang persiapan sudah dilakukan," katanya.

Jika terdapat temuan makanan mengandung bahan berbahaya, kata dia, tindakan tegas berupa penegakan hukum harus dilakukan kepada yang memproduksi dan distributornya.

"Untuk pedagang pasar, 'approach'-nya lebih 'soft' ya. Dilakukan sosialisasi agar ke depan yang bersangkutan tidak menjual makanan yang mengandung bahan berbahaya," ujarnya.

Berkaitan dengan kegiatan tersebut, Charles mengatakan sebagai bentuk pengawasan dari legislatif untuk mengecek keamanan pangan, sekaligus memastikan kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), baik di pusat maupun daerah dijalankan dengan baik.

Ia mengingatkan beberapa waktu lalu ada kejadian gagal ginjal akut pada anak yang diduga karena kandungan berbahaya dalam obat sehingga tidak mau kasus-kasus serupa terjadi lagi.

"Kita tahu beberapa bulan lalu ada kejadian gagal ginjal akut pada anak. Tentu kita tidak mau hal-hal serupa terjadi lagi. Karena itu, kita memastikan makanan dan obat-obatan yang beredar di Indonesia harus aman," katanya.

"Kita juga dengan Pemerintah Kota Semarang. Jadi, selain kehadiran BBPOM, Pemkot Semarang juga memiliki kendaraan-kendaraan yang ditempatkan untuk melakukan pengecekan makanan-makanan yang beredar," tambahnya.

Dalam pengawasan itu, jajaran BBPOM sempat mengambil sampel sejumlah makanan, seperti bakso, mi basah, kerupuk, ikan asin, dan lain sebagainya untuk dicek apakah ada kandungan bahan berbahaya.

"Ya, (sampel, red.) kurang lebih makanan basah yang bisa langsung dikonsumsi. Ini harus kita cek, apakah makanan ini mengandung bahan berbahaya atau tidak?" katanya.

"Sekaligus sebagai 'sampling' kepada pedagang, menanyakan apakah selama melakukan aktivitas dagang ada instansi pemerintah melakukan pengecekan maupun sosialisasi berkala," pungkas Charles.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Maswandi
Copyright © ANTARA 2023