London (ANTARA) - Dua pertiga pekerja di Inggris yang menderita gejala Long COVID mengeklaim bahwa mereka diperlakukan tidak adil di tempat kerja mereka, dan satu dari tujuh pekerja telah kehilangan pekerjaan, kata sebuah laporan yang dirilis pada Senin (27/3).

Laporan yang dirilis oleh Trades Union Congress (TUC) dan badan amal Long COVID Support itu menunjukkan hasil survei dari total 3.097 penderita Long COVID yang berbagi pengalaman tentang pekerjaan mereka.

Menurut laporan itu, satu dari tujuh responden survei itu, atau 14 persen, menyatakan mereka kehilangan pekerjaan karena berbagai alasan terkait dengan Long COVID.

Dua pertiga, atau 66 persen, mengatakan mereka pernah mengalami satu atau lebih jenis perlakuan tidak adil di tempat kerja, kata laporan itu.

Selain itu, separuh dari total responden, atau 49 persen, mengatakan mereka memiliki alasan untuk meyakini bahwa mereka tertular COVID-19 di tempat kerja.
 
   Seorang penumpang berjalan melewati pemberitahuan kesehatan masyarakat di Bandara Heathrow di London, Inggris, 18 Maret 2022. (Xinhua/Li Ying)


Menurut laporan tersebut, perlakuan tidak adil di tempat kerja berkisar dari pelecehan hingga tidak dipercaya tentang gejala-gejala mereka atau diancam dengan tindakan disipliner.

Para responden juga mengungkapkan rasa frustrasi kepada majikan yang tidak memahami bahwa gejala-gejala itu dapat berlanjut dan berfluktuasi.

"Pekerja dengan Long COVID sangat dikecewakan. Banyak dari mereka merupakan pekerja kunci yang membantu kita melewati pandemi, tetapi saat ini beberapa dipaksa berhenti dari pekerjaan mereka," kata Sekretaris Jenderal TUC Paul Nowak.

Orang yang menderita Long COVID mengalami sejumlah gejala termasuk kesulitan bernapas, kelelahan kronis, dan disfungsi kognitif, yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Lebih dari separuh responden melaporkan sejumlah gejala yang berhubungan dengan nyeri termasuk nyeri otot, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri dada, kata laporan tersebut.

Durasi paling umum responden mengalami gejala adalah lebih dari 24 bulan (29 persen responden), diikuti tujuh hingga 12 bulan (23 persen), imbuh laporan itu.

Enam puluh persen responden menyatakan bahwa mereka telah mengalami gejala-gejala tersebut selama lebih dari setahun.
 
   Orang-orang berjalan di London, Inggris, 24 Februari 2022. (Foto oleh Andy Hall / Xinhua)


Hampir seperempat, atau 23 persen, responden survei yang menyatakan bahwa tempat mereka bekerja menanyakan apakah mereka menderita Long COVID, atau dampak dari gejala-gejala mereka.

Kantor Statistik Nasional (Office of National Statistics/ONS) di Inggris melaporkan bahwa data terbaru dari 2 Januari 2023 menunjukkan bahwa 2 juta warga di negara itu mengalami Long COVID yang dilaporkan secara mandiri.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023