"Peningkatan impor disebabkan tingginya impor bahan baku penolong dan barang modal, seperti kapal terbang, gas, besi dan baja," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Bachrul mengatakan, dengan diimpornya barang modal tersebut merupakan sinyal tumbuhnya sektor riil, terutama di sektor industri dan jasa penerbangan.
Bachrul menjelaskan, permintaan impor kapal terbang dan bagiannya periode Januari hingga Oktober 2012 meningkat sebesar 41,4 persen menjadi 1 miliar dolar AS, sementara impor barang dari besi dan baja tumbuh sebesar 38,2 persen menjadi sebesar USD 1 miliar dolar As.
"Peningkatan impor periode Januari hingga Oktober 2012 disebabkan oleh kenaikan impor gas sebesar 109,5 persen menjadi 2,4 miliar dolar AS dan lonjakan impor nonmigas sebesar 11,1 persen menjadi 124,4 miliar dolar AS," tambah Bachrul.
Untuk impor kendaraan dan bagiannya naik sebesar 30,24 persen menjadi 1,9 miliar juta dolar AS, sedangkan impor perangkat optik naik 26,2 persen menjadi 0,3 miliar dolar AS.
Impor bahan kimia anorganik juga meningkat sebesar 25,9 persen menjadi 0,3 miliar dolar AS, besi dan baja naik 22,8 persen menjadi 1,6 miliar dolar AS, ampas dan sisa industri makanan naik 20,7 persen menjadi 0,3 miliar dolar AS, serta mesin-mesin/pesawat mekanik naik 19,5 persen menjadi 3,8 miliar dolar AS.
Khusus untuk Oktober 2012, peningkatan impor juga didorong oleh naiknya permintaan minyak mentah sebesar 23,9 jika dibandingkan dengan bulan lalu dan barang-barang non-migas sebesar 12,4 persen.
Impor selama Januari-Oktober 2012 masih didominasi oleh impor bahan baku penolong yang mencapai 72,9 persen dan barang modal sebesar 20 persen.
Untuk impor barang modal selama Januari hingga Oktober 2012 mencapai 31,9 miliar dolar AS atau meningkat 21,4 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Impor bahan baku penolong sebesar 116,3 miliar atau naik 7,4 persen, sementara impor barang konsumsi pada periode ini turun 1,3 persen menjadi 11 miliar dolar AS, jauh lebih rendah dari lonjakan impor tahun lalu.
(V003)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012