Washington (ANTARA) - Para pengguna Facebook terungkap lebih sering membaca berita palsu tentang pemilu Amerika Serikat (AS) 2020 dibandingkan dengan pengguna platform media sosial lainnya, menurut sebuah studi terbaru dari Washington State University.

"Facebook sejauh ini merupakan situs media sosial utama tempat orang-orang cenderung membaca berita palsu," menurut studi tersebut, yang dilaporkan oleh stasiun televisi AS KGW8 pada Senin (3/4).

Studi itu mengandalkan tiga survei daring, yakni dua survei sebelum pemilihan presiden antara petahana Donald Trump dan sang penantang Joe Biden, dan satu survei setelah pemilihan para pemilih aktual, menurut laporan tersebut. 

Laporan itu juga  menunjukkan konsumsi berita palsu dan persuasi politik menjadi "kekuatan utama yang menyebabkan keraguan dalam integritas proses penghitungan suara."

Robert Crossler, lektor kepala sekaligus salah satu penulis studi dari Washington University, mengatakan algoritme seperti itu digunakan untuk menguatkan bias orang-orang yang ingin mereka percayai. 

"Semakin sering mereka membaca situs-situs yang memperkuat bias tersebut, semakin besar pula kemungkinan mereka merasa, 'ya, saya memercayainya karena saya membacanya di artikel-artikel berita itu,'" kata Crossler, seperti dikutip Reuters. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023