Jakarta (ANTARA) - Meskipun penghentian bertahap penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jerman akan memasuki fase akhir, "keandalan yang sangat tinggi" dari pasokan listrik negara itu tetap terjamin, kata beberapa kementerian terkait pada Kamis (13/4).

Tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang tersisa di negara itu akan dinonaktifkan pada Sabtu (15/4).

"Ini akan mengakhiri penggunaan tenaga nuklir di Jerman dan secara signifikan meningkatkan keamanan nuklir di negara ini," kata Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim dan Kementerian Lingkungan dalam pernyataan bersama.

Pascakecelakaan nuklir di Fukushima, Jepang, pada 2011 lalu, penghentian bertahap penggunaan tenaga nuklir di Jerman awalnya ditetapkan pada akhir 2022 di bawah pemerintahan mantan kanselir Angela Merkel.

Lantaran krisis energi baru-baru ini, pengoperasian pembangkit Emsland, Isar 2, dan Neckarwestheim 2 diperpanjang hingga April 2023.
 
   Produksi listrik dari sumber nuklir telah turun sekitar setengahnya pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, mencakup hanya 6,4 persen dari total listrik, menurut angka resmi


Keamanan pasokan energi Jerman tetap "sangat tinggi menurut standar internasional," kata Menteri Urusan Ekonomi Robert Habeck dalam pernyataan itu.

Setelah kehilangan Rusia sebagai pemasok gas alam terbesarnya, perekonomian terbesar Eropa itu menambah impor gas dari negara lain, khususnya Belgia, Belanda, dan Norwegia. Selain itu, sejumlah terminal gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dibangun di Laut Utara.

"Ekspansi masif" energi terbarukan memberikan keamanan tambahan, kata Habeck. Pada 2030 nanti, Jerman menargetkan untuk menghasilkan 80 persen listriknya dari sumber terbarukan. 
 
 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023