Kota Tangerang Selatan, Banten (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut ada tiga hal terkait dengan pengolahan sampah menjadi energi yang akan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT).

"Sebenarnya waste to energy yang dalam pengolahan sampah ada tiga hal mungkin yang secara garis besar," ucap Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (Ditjen PSLB3) KLHK Novrizal Tahar.

Hal tersebut dikatakan Novrizal yang hadir secara virtual dalam workshop "Optimalisasi Refused-Derived Fuel untuk Dekarbonisasi Sektor Energi dan Pencapaian Target NDC di Indonesia (RDFact)" yang diadakan oleh Resilience Development Initiative (RDI) di Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat.

Pertama, kata dia, ialah waste to electricity. Ia mengatakan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

Dalam Perpres tersebut, terdapat 12 kota di Indonesia yang ditetapkan untuk melakukan waste to electricity.

"Kita sudah ada Perpres sudah ada kebijakannya menetapkan 12 kota di Indonesia untuk melakukan waste to eletricity dan saat ini kita sudah punya evidence, sudah punya experience empirik di Benowo, Surabaya dengan kapasitas 1.000 ton sampah kemudian saat mungkin sudah menghasilkan 5-6 MW listrik," kata Novrizal.

Adapun, 12 kota tersebut, yakni Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, dan Manado.

"Jadi artinya, untuk waste to electricity ini rasanya kita sudah punya cukup pengalaman sehingga untuk mewujudkan 12 kota dan mungkin juga beberapa kota metropolitan lainnya rasanya kita Indonesia convidence untuk mewujudkan itu," tuturnya.

Berikutnya ialah waste to refused derived fuel (RDF) product.

"Sebagaimana kita ketahui juga, kita punya banyak off-taker ada off taker-nya industri semen, ada off-taker-nya PLTU," kata Novrizal.

Ia mencontohkan implementasi waste to RDF product juga telah dilakukan di Cilacap, Jawa Tengah untuk kiln semen.

"Dalam konteks itu, rasanya kita juga sudah cukup punya pengalaman empirik, yang off-taker semen kita sudah punya RDF plan di Cilacap. Mungkin saat ini kapasitasnya sudah hampir 200 ton sampah mungkin menghasilkan RDF product-nya 50 persennya hampir 100 ton itu masuk sebagai cofiring batu bara di kiln semen SBI di Cilacap," kata dia.

Begitu juga dengan PLTU, ia mengatakan implementasi waste to RDF product juga dilakukan di PLTU Jeranjang, Lombok.

"Kita juga punya plan yang cukup besar, misalnya di Cilegon Suralaya dengan kapasitas 30 ton sampah per hari, saat ini juga di Jeranjang, juga beberapa lainnya lokasi yang sudah ada implementasi, ada yang juga masih tahap uji coba dan juga tahap inisiasi," ucap Novrizal.

Ketiga, terkait dengan waste to biogas.

"Jadi, paling tidak tiga hal ini dari sampah yang akan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan bauran energi baru terbarukan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca dan sekaligus menyelesaikan persoalan sampah di Indonesia," ujarnya.

Mengutip laman ebtke.esdm.go.id, pengolahan sampah melalui waste to energy merupakan salah satu solusi, di mana sampah akan diolah menjadi bahan bakar RDF atau solid recovered fuel (SRF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur/cofiring batu bara pada PLTU atau sebagai bahan bakar.

Baca juga: Menteri LHK ungkap komitmen kuat Indonesia atasi perubahan iklim
Baca juga: Pemerintah dorong percepatan fasilitas pengolah sampah jadi energi
Baca juga: Swasta Singapura berminat olah sampah Pekanbaru jadi energi terbarukan

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023