Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar dan peneliti ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono, PhD mendorong ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dunia karena ASEAN memiliki kontribusi yang cukup penting dan prospek yang menarik dalam aras ekonomi global.

"Sebelum pandemi, kombinasi gross domestic product (GDP) negara ASEAN mencapai 3,2 triliun dolar AS dan memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan rata-rata dunia, yaitu sebesar 4,6 persen," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jember, Jawa Timur, Minggu.

Menurutnya proyeksi ekonomi ASEAN juga diramalkan akan terus membaik dan kembali kuat dalam taraf 5 persen setelah pandemi itu berlalu, sehingga kondisi itu membuat dorongan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi tampak masuk akal.

"Lebih jauh, kedekatan ekonomi ASEAN dengan China sebagai mitra dagang juga jadi faktor yang patut diperhatikan. Itu jadi unsur penting dalam menyeimbangkan kekuatan dan ketergantungan terhadap ekonomi Amerika Serikat," tuturnya.

Menurutnya tidak berlebihan jika dipilih tema ASEAN Matters: "episentrum pertumbuhan", sehingga pihaknya berharap dengan tema itu ASEAN memainkan peran yang lebih strategis dan besar di panggung global.

Baca juga: Menparekraf nilai Keketuaan ASEAN 2023 kesempatan promosikan wisata

Baca juga: Pakar: Harapan negara ASEAN kepada Indonesia sangat tinggi


"Kami menegaskan kembali bahwa ke depan ASEAN memiliki posisi tawar yang strategis, meskipun tidak dipungkiri bahwa kesemuanya perlu dicermati ulang dan diuji, karena mengingat bahwa tiap Negara ASEAN memiliki masalah domestik yang cukup berbeda." ujarnya.

Bagi Indonesia, lanjut dia, keketuaan kali ini juga sangat strategis mengarahkan ekonomi ASEAN dalam meredam ketegangan-ketegangan geopolitik yang terjadi antarnegara ASEAN dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia seperti AS, China dan India.

"Pasalnya tidak bisa dipungkiri masih tergantung nya ekonomi negara ASEAN pada ketiga negara tersebut. Proses hubungan bilateral maupun multilateral yang intens dengan melibatkan ketiga negara itu ke dalam negosiasi yang lebih produktif sangat diharapkan ke depan," ucap pakar moneter itu.

Meski demikian, lanjut dia, tidak dipungkiri selama ini gesekan-gesekan ekonomi masih sering terjadi dan menyebabkan perbedaan preferensi bilateral nyata dari negara anggota ASEAN.

Baca juga: Indonesia dinilai mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi ASEAN

Ia menjelaskan pemahaman bersama ASEAN perlu ditingkatkan di tengah saling sengkarut anggotanya, terlebih pola ikatan-ikatan khusus negara ASEAN dengan Negara non-ASEAN yang merusak kerja sama ASEAN, sehingga kondisi itu menjadikan ekonomi ASEAN tidak sehat.

"Pentingnya Indonesia sebagai keketuaan ASEAN untuk mengeser kembali ke misi dan visi awal ASEAN, menuju kesejahteraan ekonomi bersama," ujarnya.

Tentu jika mencermati lebih dalam, setiap pengelolaan komitmen multilateral seperti ini paling krusial adalah masalah komitmen terhadap sebuah kesepakatan bersama. Posisi win-win position dan mutual benefit menjadi harga yang mahal untuk dipertaruhkan.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023