"Karena rumahnya tetap ada, meski sudah roboh. Jadi yang dibikin tenda individual. Di situ dibagi logistiknya, di tempat. Jangan di kantor desa," tegas Kalla.
Yogyakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta proses tanggap darurat penanganan korban gempa Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah selesai dalam dua minggu. "Kita tadi rapat. Masalah makan, obat, selesaikan dalam sebulan. Tidak boleh lebih dari sebulan. Kalau perlu dua minggu selesai, supaya kita masuk ke tahap rehabilitasi yang membutuhkan lebih banyak energi," kata Wapres Kalla kepada wartawan, seusai pemaparan di Posko Bakornas, di Bandar Udara Adisucipto, Yogyakarta, Kamis. Wapres juga mengatakan bahwa distribusi bantuan logistik kepada korban sebaiknya dilakukan sebulan sekali. "Tadi kita katakan, jangan dibagi harian, bagi untuk satu bulan. Mulai besok, seluruh desa akan disisir oleh tim. Masyarakat nanti disuruh apel di muka rumahnya, dan masing-masing keluarga mendapat satu karung (beras), sesuai jumlahnya. Kalau (satu keluarga) 4 orang, itu (mendapat) 50 Kg. Supaya pemerintah bekerja satu kali dalam sebulan, selebihnya ekonomi yang jalan," kata Kalla. Lebih lanjut Wapres mengatakan, pemerintah juga tidak akan membuat lokalisasi penampungan bagi pengungsi korban gempa Yogya dan Jawa Tengah. Yang akan dibangun pemerintah adalah tenda-tenda untuk memuat satu keluarga. Distribusi logistik, katanya, akan disalurkan langsung ke tenda tersebut. "Karena rumahnya tetap ada, meski sudah roboh. Jadi yang dibikin tenda individual. Di situ dibagi logistiknya, di tempat. Jangan di kantor desa," tegas Kalla seraya meminta masyarakat korban bencana untuk tenang dan menjamin keamanan stok pangan bagi korban. Ketika ditanya mengenai stok yang mulai menipis di Kantor Gubernur DIY di Kepatihan, Kalla justru menyambut positif. "Makin kosong di Kepatihan, makin bagus. Artinya itu sudah disalurkan. Tidak ada urusan. Satu tahun pun pemerintah sanggup kasih makan rakyatnya. Jangan khawatir. Pokoknya selama Bulog masih punya stok, kasih rakyat. Jangan khawatir," tegas Kalla. Dalam kesempatan itu, Wapres juga menyampaikan apresiasinya terhadap pihak kesehatan yang sudah bekerja menangani korban. Apalagi, Wapres melanjutkan, bila dibandingkan dengan gempa dan tsunami Aceh dan Nias, gempa Yogyakarta dan Jateng membutuhkan lebih banyak pihak kesehatan. Di Aceh, katanya, penanganan evakuasi jenazah yang lebih dibutuhkan mengingat banyaknya korban yang meninggal dunia. "Tapi yang luka di Aceh hanya 500, karena banyak yang meninggal disebabkan tsunami. Di sini tidak ada air, sehingga banyak yang luka. Hampir 15.000 sampai 20.000 yang masuk rumah sakit. Jadi tim kesehatan di sini tugasnya jauh lebih berat dari Aceh. Di Aceh yang berat evakuasi mayat. Upaya penyelamatan bagus sekali. Terima kasih ke dokter, kesehatan, perawat, masyarakat, pemerintah daerah, atas kerja yang luar biasa," kata Wapres. Sesaat mendarat di Pangkalan Udara TNI AU Adisucipto, Kalla sempat melihat kondisi gempa dari udara menggunakan helikopter TNI AU. Setelah itu, Wapres yang didampingi Menko Kesra Aburizal Bakrie dan Mensos Bachtiar Chamsyah, melakukan perjalanan ke dua kabupaten yang mengalami kerusakan terparah akibat gempa, yakni Bantul (Yogyakarta) dan Klaten (Jateng). Tempat yang dikunjungi rombongan itu antara lain Posko Satkorlak Bantul, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS Tegalyoso, Klaten dan RSU Cakra Husada, Klaten. Saat tiba di RS PKU Muhammadiyah Bantul, Wapres disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006